Minggu, 29 September 2013

Mengapa Selendang Mahir ?

Sejak tahun 1970an, WSB/WOSM mulai menata sistem pendidikan anggota dewasanya. Indonesia juga mengikuti.Ada NTC (National training Course) yang sekarang setara dengan KPD dan ITTC (lupa singkatannya) yang setara dengan KPL sekarang. Kakak2 kita yang mengikuti kursus sebelum tahun 1980 kemungkinan mengikuti NTC dan IITC. Mereka yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan World Bureau/WOSM sesuai tradisi menerima Manik Kayu 3 (NTC) dan Manik Kayu 4 (ITTC). Setelah tahun 80, pelatihan diserahkan pada NSO masing2, tidak lagi oleh dunia. Indonesia menyebut pelatihannya KPD dan KPL. Tidak ada tanda khusus yang dipakai untuk lulusan KPD atau KPL di Indonesia, tapi Pelatih yang telah diangkat (dengan SHL) boleh memakai tanda jabatan pelatih yang dibedakan antara golongan dan KPD/KPLnya. Sebelum tahun 1974, untuk menjadi Pelatih, seorang Pembina harus mengikuti Kursus Aplikasi Pelatih. Kebijakan Kwarnas adalah semua Pelatih lulusan Kursus Aplikasi Pelatih diminta meng-upgrade diri dengan mengikuti KPD. Ada juga yang tidak ikut. Yang sekarang berlaku, kita mengikuti sistem pendidikan pelatih pembina yang terdiri dari dua jenjang yaitu ALTC (Asisten Leader Trainer Course/KPD) dan LTC (Leader Trainer Course/KPL). LTC kawasan Asia Pacific ada juga yang diselenggarakan di Indonesia dan sesuai tradisi lulusannya mendapat manik kayu/ wood badge , maka sekarang kita mulai lihat kembali kakak2 yang memakai manik kayu saat berseragam Pramuka. Sistem kursus pembina di Indonesia saat ini juga mengikuti sistem yang berlaku di WOSM, kalau ada varian lokal seperti jenjang yang lebih banyak di malaysia, kerangka dasarnya tetap menggunakan sistem yang disepakati semua NSO yang bergabung di WOSM. Sekarang bicara soal pelatihan pembina yang mulai dikuak oleh Kak Sonny Prima Sanjaya. Berdasar apa yang saya baca dan diberitahukan pada saya, sistem pelatihan ini diciptakan oleh Kak Mutahar, Andalan Nasional Urusan Latihan / Nayawan COR Pusat pertama. Kak Mutahar sendiri punya ijazah tiga kemahiran, yaitu sebagai mahir siaga (Akeela Leader), mahir penggalang (DCC -S) dan mahir penegak (DCC-R) yang ketika menempuhnya diakhiri dengan pemberian manik kayu (wood badge). Jadi mustahil, beliau, sebagai yang diungkap kak Idik Sulaiman, memandang atribut pembina yang diakui seluruh dunia sebagai simbol persaudaraan sebagai lambang penjajahan. Bukan karena alasan itu, beliau menciptakan atribut pembina mahir seperti yang dipakai sekarang. Woodbadge itu merupakan manik hiasan kalung, yang menurut BP, diperoleh dari Raja Dinizulu. Ketika Woodbadge Course dibuka, beliau memberikan manik tersebut sebagai cinderamata / tanda bagi mereka yang telah lulus kursus tersebut. Dua buah bagi mereka yang telah mengikuti prakteknya. Oleh WSB, tanda tersebut disertai setangan leher dan woogle (ring kacu) dijadikan tanda bagi semua yang telah menyelesaikan kursus, mengikuti tradisi yang diciptakan BP sendiri. Bagi mereka yang kurang suka, fakta bahwa manik kayu diperoleh BP sebagi perwira Inggris yang dalam term politik sekarang adalah pihak kolonial, ditarik lebih jauh menyimbolkan penjajahan. Tentu saja BP hidup di zamannya, saat inggris menjajah Afrika. Namun kita tahu persis, keyakinan beliau setelah Perang Dunia I / Jambore Dunia I adalah mengembangkan persaudaraan dan perdamaian antar bangsa. Artinya sangat keliru bahwa BP mendukung penjajahan antar bangsa. Mengaitkan woodbadge/manik kayu dengan penjajahan merupakan tafsir salah yang harus dilawan. Kalau kita mau memahami posisi unik Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan nasional yang diakui pemerintah (ingat peristiwa penganugerahan Panji Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional pada Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 1961), kita harus tahu suasana zaman tahun 1950-1960an. Semangat anti kolonialisme (KAA 1960), Gerakan Non Blok membuat muncul sentimen tertentu pada semua yang berbau barat. Semua yang bernafaskan sosialisme kelihatan lebih menjanjikan. Nasionalisme begitu kuat menggebu-gebu dan diteriakkan di seantero penjuru tanah air. Kepanduan yang kebanyakan ada di kota-kota besar, hanya diikuti sebagian kecil anak dan remaja dari keluarga menengah yang berpendidikan (kebanyakan barat) memang kuat, karena akarnya sejak zaman sebelum kemerdekaan. Namun dengan jumlah yang kurang dari setengah juta, mudah distigmatisasi sebagai produk Barat. Apalagi dari kaum kiri, yang tidak suka dengan kepanduan, yang titik berat didikannya adalah menjadikan orang-orang merdeka yang punya prinsip hidup yang dipegang teguh. Jelas bertentangan dengan ideologi kiri. Bung Karno pun dibuat merasa Gerakan Kepanduan di Indonesia kurang gregetnya untuk mendukung semangat kebangsaan yang revolusioner yang beliau galakkan. BK adalah seorang yang sangat gandrung dengan persatuan. Ia melihat bahwa lemahnya peran Gerakan Kepanduan adalah karena terpecah dalam banyak organisasi (hampir 100 di awal tahun 60an). Kemudian kegiatannya terkesan kurang nyambung dengan semabngat pembangunan. Beda dengan gerakan pionir yang ada di negara2 blok timur. Kegiatannya dianggap sangat nyambung, termasuk belajar di pabrik dsb.nya. Karena beliau bukan pemimpin kepanduan maka beliau mungkin kurang menginsafi manfaat kegiatan outdoor karena memang efeknya tidak seketika tapi jangka panjang. BK ingin sesuatu yang nyata, sekarang, kelihatan. Namun demikian, BK tetap memilih kepanduan, bukan gerakan pionir, namun beliau ingin kegiatannya diperbaharui. MPRS yang saat itu kuat nuansa kiri-nya menyetujui pembentukan Gerakan Pramuka dan memerintahkan penghapusan sisa-sisa Baden Powelism dari kepanduan. (baden Powel-ism dianggap barat, barat kolonialis, demikian logika putusan politiknya) Dalam suasana kejuangan seperti Gerakan Pramuka lahir. Ia selamat tetap menjadi Gerakan Kepanduan, tidak jadi Gerakan Pionir. Untuk bisa survive dengan situasi zamannya, maka Gerakan Pramuka harus mampu menyesuaikan diri. Di sinilah jasa kak Mutahar dengan pemikiran jenialnya. ia mengadaptasikan pendidikan kepanduan sehingga bisa bernuansa sangat nasional. Pancasila dijadikan ruh yang mewarnai Gerakan Pramuka. Nilai-nilai kepanduan ternyata bisa disinergikan dan BK dengan antusias menerima Gerakan Pramuka sebagai organisasi yang sangat nasionalis dan sangat sesuai dengan visi KeIndonesiaan BK. Gerakan Pramuka oleh karenanya bisa bertahan tetap sebagai gerakan pendidikan kepanduan dengan tetap setia pada prinsip dasar dan metodik pendidikan yang digariskan oleh BP. Luar biasa bukan ! Dalam suasana itu, pakaian seragam kita dibuat, lengkap dengan pilihan warna, lalu atribut yang digunakan, yang kita terwariskan pada kita sekian tahun kemudian sudah hilang nilai-nilai filosofis yang mendasarinya. Demikian pula kursus pembina yang dikembangkan yang dulu enam jenjang (dasar A, dasar B, mahir 1, mahir 2, mahir 3 dan mahir 4) diciptakan. Sesuai dengan suasana zaman, Kursus dasar A itu isinya indoktrinasi manipol usdek (mirip penataran P4 zaman orba) yang kemudian dihapus setelah tahun 1966. Ketika pembina mahir selesai kursus, atibut apa yang mau diberikan ? Kak Mutahar mencari dari sumber Indonesia. Selendang adalah benda yang punya kedudukan khusus dalam pengasuhan anak, yaitu untuk mengemong/menggendong. Maka atribut ini yang dipilih sebagai atribut yang sangat Indonesia. Warnanya warna wulung, yang dalam tradisi menggambarkan keluhungan. Motifnya menggambarkan kobaran api semangat, yang memancarkan lidah api yang menyala2. (hati2 melipat selendang mahir, jangan terbalik arah lidah apinya). Menurut Kak Idik, tadinya akan dibuatkan toganya juga dan selendang itu disampirkan di atas toga, namun toganya tidak jadi dibuat. Pita mahir mulanya dibuat untuk pengikat selendang di bagian depan agar tak lepas. Kemudian digunakan sebagai tanda harian yang dipakai pembina mahir di seragamnya sehari-hari. Selendang ini juga sebagai simbol bahwa para pembina adalah pengemban Ampera, Amanat Penderitaan Rakyat. Demikian kakak-kakak. Saya kupas dari suasana yang melatarbelakangi atribut pembina yang khas Indonesia ini. Kita berhutang banyak pada Kak Mutahar sebagai salah satu tokoh yang membidani dan mengasuh Gerakan kita di masa-masa awalnya.

Rabu, 20 April 2011

Doa pada Yang Maha Kuasa

Wahai Yang Maha Agung,

yang suara-Mu terdengar dalam angin berhembus

Engkau, yang nafas-Mu menjadikan bumi hidup

Dengarlah permohonanku



Hamba, satu dari ciptaan-Mu, menghadap Engkau

Hamba, yang kecil dan lemah

butuh kekuatan dan kebijaksanaan-Mu



Perjalankan hamba senantiasa dalam keindahan

Jadikan mataku tak pernah lupa indahnya lembayung surut mentari

Jadikan tanganku selalu menghargai apa yang telah Kau ciptakan

Jadikan telinga hamba tajam mendengar-Mu

Jadikan hamba bijak, agar hamba mengerti

ilmu yang kau ajarkan pada semua ciptaan-Mu:

Ilmu yang Engkau sematkan pada setiap helai dedaunan dan batu



Jadikan hamba kuat!

Bukan untuk bangga berjaya atas semua saudaraku,

tapi untuk bertarung

dengan lawan terbesarku:

Diriku sendiri



Jadikan hamba selalu siap untuk datang kepada-Mu

dengan mata yang tegak memandang ke depan

Agar saat nafasku surut seperti terbenamnya matahari

Jiwaku bisa melangkah ke arah-Mu

tanpa merasa malu


===

Do'a Suku Indian Sioux,

terjemahan bahasa Inggris oleh Kepala Suku Yellow Lark.



Diadaptasi oleh Herry Mardian,

terinspirasi dan diadaptasi dari terjemahan bebas Lucky G. Adhipurna dan dari teks asli.

Sabtu, 17 Juli 2010

Pemimpin dan Wakil Pemimpin Regu

Untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam keadaan bagaimana pun, saya anjurkan benar-benar supaya sistem beregu dipakai. Sistem kerukunan dalam regu adalah cara bekerja dalam gerombolan-gerombolan kecil yang tetap, yang masing-masingya di bawah pimpinan dan tanggungjawab salah seorang anak yang cakap.

"Sistem ini akan membawa keberhasilan" kata Baden Powell dalam buku Scouting for Boys. Perkataan ini sudah tertera dalam terbitan buku tahun 1908 dan dalam terbitan tahun 1928 dapat kita baca, " Sekali-kali Penggalang pergi berjalan-jalan sendiri, tetapi biasanya berdua. Jika jumlag mereka itu lebih dari dua, maka gerombolan itu kita namakan regu."

Hasil pekerjaan Pembina Penggalang sebagian besar bergantung pada dipraktekkan atau tidaknya sistem beregu dan pada cara mempraktekkannya. Perlu sekali dikemukakan dari awal bahwa sistem ini bukan salah satu cara untuk melatihkan permainan kepanduan akan tetapi satu-satunya cara.

Sistem ini dapat dilakukan sekedarnya saja, tetapi dapat juga secara seluas-luasnya. Yang pokok ialah adanya gerombolan-gerombolan kecil yang tetap di bawah pimpinan dan tanggungjawab seorang anak yang berpengaruh. Gerombolan-gerombolan ini kita namakan Regu Penggalang.

Jika telah ada regu-regu yang terdiri antara 6 - 8 anak maka regu itu harus menjadi kesatuan dalam latihan-latihan memandu, bermain, berkemah dan melakukan kebajikan. Teranglah bahwa hanya seorang penggalang yang cakap saja yang dapat ditetapkan sebagai pemimpinnya. Yang dimaksud dengan cakap, tidak hanya pandai tapi juga dapat memimpin. Sifat ini biasanya merupakan pembawaan, namun ia harus memiliki suatu sifat yang menonjol yang akan menjadi daya penarik baginya untuk bisa menggerakkan anak buahnya dalam pekerjaan atau permuiana. Sifat-sifat ini dapat diperkuat lewat latihan-latihan kepanduan dan dengan sistem beregu.

Bilamana seorang anak akan ditetapkan menjadi pemimpin regu maka perlu diperhatikan agar usia tidak menjadi penghambat. Itu tidak berarti bahwa anak usia 12 tahun takkan dapat memimpin sebaik anak berusia 14 atau 15 tahun, tetapi maksudnya anak yang semuda itu tidak dapat memimpin anak-anak yang lebih tua darinya.Anak-anak yang lebih muda biasanya mengikuti anak yang lebih tua meskipun anak yang diikutinya itu bodoh. Anak-anak yang lebih tua takkan mengikuti anak yang lebih muda, walaupun ia lebih pandai. Dalam hal ini otot lebih berpengaruh daripada otot.

Meskipun calon pemimpin regu itu memiliki sifat-sifat yang mendukung, namun pekerjaan sebagai pemimpin regu tak dapat diselesaikannya sendiri sehingga ia perlu bantuan seorang wakil pemimpin regu. Wakil itu harus dipilih sendiri oleh sang pemimpin regu. Ia harus membantu pemimpin regu dan jika perlu mewakilinya. Keduanya harus dapat bnekerjasama dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan regu. Seorang pembina penggalang yang memilih wakil pemimpin regu tanpa bermusayawarah terlebih dahulu dengan pemimpin regunya boleh dikatakan telah membuat kesalahan besar. Pembina harus membicarakan hal ini dan tidak sekali-kali memilih orang yang tak diingininya. BP menekankan agar memberi kebebasan sepenuhnya pada pemimpin regu untuk memilih wakilnya dan jika perlu, biarlah ia salah memilih.

Seringkali pembina-pembina penggalanmngatakan, "Saya telah menetapkan pemimpin-pemimpin regu, tapi mereka tak dapat memimpin dan praktis saya sendirilah yang harus mengerjakan segala pekerjaan." Jawaban pernyataan ini ialah bahwa tugas pembina penggalang yang terpenting dalam Gerakan kita adalah berusaha supaya pemimpin-pemimpin regunya dapat memimpin regunya masing-masing. Seorang anak yang gemar membaca tidak akan diharapkan teman-temannya, malahan sebaliknya. Seorang anak yang tahu tentang macam-macam keadaan biasa dalam hidup sehari-hari lebih dari teman-temannya, yang lebih cekatan dan lebih paham akan macam-macam kejadian, dapt lebih berpengaruh atas ana-anak lain.

Sedapat mungkin, biarlah anak-anak semacam ini yang menjadi pemimpin regu. Anak semacam ini tidak mudah diadakan, melainkan harus dididik. Cara yang biasa untuk mendidik adalah dengan memberi kesempatan khusus bagi para pemimpin regu dan wakilnya untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan. Dianjurkan supaya pasukan mengadakan perpustakaan kecil berisi buku teknis guna keperluanm pemimpin regu dan wakilnya, yang beruisi beberapa buku Petunjuk Penylenggaraan, Scouting for Boys, Penggalang Terap, buku permainan. Yang terpenting adalah agar perpusatakan itu benar-benar dipergunakan. Pemimpin regu dan wakilnya harus banyak diberi kesempatan khusus untuk menanyakan segala sesuatu ke pembinanya secara langsung.Sekali-kali mereka harus dapat menemui pembinanya di luar pertemuan pasukan, misal di rumah pembina atau pada pertemuan pemimpin-pemimpin regu dan wakilnya seminggu sekali di balai pasukan.

Seorang pembina penggalangtidak harus menjadi sebuah ensiklopedi hidup. ia harus cukup rendah hati dan tahu diri, dapat dan mau meminta nasehat dari orang lain, tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Kewajiban pembina bukanlah mengajar segala sesuatu sendiri kepada anak-anak buahnya. kewajiban yang sebenarnya adalah memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan melatih diri sendiri !

Pada umumnya para wakil pemimpin regu harys mendapat kesempatan belajar yang sama seperti yang didapat oleh para pemimpin regu. Bukankah serung terjadi bahwa seorang wakil pemimpin regu harus bertindak sebagai wakil atau pengganti pemimpin regunya ?

Maksud mengadakan latihan-latihan khusus untuk pemimpin-pemimpin regu dan wakilnya ialah pertama-tama untuk menambah kecakapan praktis mereka. Untuk mencapai maksud itu dianjurkan supaya membentuk regu kader yaitu regu yang terdiri dari para pemimpin dan wakil pemimpin regu sebagai anggota dengan Pembina Penggalang atau salah seorang Pembantu Pembina sebagai Pemimpin Regu sehingga dapat bersama-sama belajar dan berlatih. Regu Kader itu dapat melatih materi Penggalang Terap, berkemah, pioneering dan sebagainya. Dengan demikian, pemimpin-pemimpin regu itu kemudian dapat mudah dan dengan kepercayaan diri memimpin regunya masing-masing. Pemimpin Regu juga mendapat latihan dan persiapan sehingga ia pun kelak dapat menjadi pembina penggalang kelak.

Kamis, 08 Juli 2010

Masa menerima latihan




Pendidikan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka itu diperuntukkan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda, tidak untuk orang lain. Fungsi dan tugas Gerakan Pramuka dalam masyarakat adalah sebagai gerakan latihan yang bertujuan ikut serta membantu atau menambah pendidikan yang diterima oleh anak-anak dan pemuda-pemuda yang telah diterima di rumah, di sekolah dan di lapangan agama.

Latihan-latihan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka kepada anggota-anggotanya itu "mempunyai batas waktu." Untuk menentukan bilamanakah latihan-latihan itu dapat mulai diberikan aaaatau harus diakhiri semuanya terletak pada bahan-bahan latihan yang akan diberikan dan pada si penerima.

Berkaitan dengan si penerima, haruslah diperhatikan pada usia berapakah anak-anak itu dapat menerima latihan-latihan Gerakan Pramuka itu dan pada usia berapakah pemuda-pemuda dianggap sudah tidak memerlukan latihan-latihan itu lagi sebagai pendidikan tambahan yang diberikan pihak lain (sekolah, keluarga, agama). Bagi para pemuda,pertanyaan tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : "Pemuda usia berapakah dapat mulai menambah pendidikannya dengan usaha serta tanggungjawabnya sendiri ?"

Soal batas waktu si penerima adalah harus disesuaikan dengan keadaan perkembangan kejiwaan anak-anak dan pemuda-pemuda Indonesia. Menurut pengalaman, batas waktu terletak lebih kurangantara permulaan tujuh tahun dan penghabisan 20 tahun. Masa Siaga adalah 7 - 10 tahun, Masa Penggalang antara 10 - 16 tahun, Masa Penegak antara 16 - 20 tahun, Masa pandega antara 20 - 22 tahun dan dapat dilanjutkan sampai 25 tahun.

Pemuda usia 21-25 tahun itu seharusnya telah masuk dalam masa memberi.

Hal ini tidak berarti bahwa kita harus memegang teguh batas-batas usia tersebut di atas. Adakalanya bahwa seorang anak atau pemuda itu keadaan jiwanya tidak sesuai lagi untuk masuk dalam salah satu batas usia yang telah ditetapkan.
Misalnya, seorang pemuda yang berusia 18 tahun itu menurut pembatasan usia masih menjadi Penegak untuk menerima latihan-latihan, tetapi karena perkembangan jiwanya telah demikian jauhnya sehingga ia sudah tidak suka atau perlu diberikan latihan-latihan lagi, maka tidak ada salahnya ia dipindahkan ke Kepandegaan.

Tetapi jangan sebaliknya, misalkan seorang Penegak yang jiwanya masih kekanak-kanakan dikembalikan menjadi Penggalang atau Penggalang yang telah mencapai usia Penegak tetapi jiwanya masih dianggap belum sesuai lalu tidak dinaikkan ke Kepenegakan. Mengingat usianya yang lebih lanjut itu, maka anak atau pemuda yang demikian tadi akan merusak suasana lingkungan.

-------------

Dengan demikian jelas bahwa kegiatan latihan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka itu disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan rohani. Tujuannya adalah mendewasakannya sesuai dengan taraf kematangan rata-rata seusianya sehingga pada akhirnya ia bisa menjadi pribadi dewasa yang matang, emosi dan sosialnya, dan tahu menyeimbangkan hak dan kewajibannya. (Hendro)

-----------------

Sumber : Buku Perppanitra Nasional 1, 21-26 Agustus 1969 di Jakarta.
Disadur dan diberi catatan kaki oleh Hendro Prakoso.

Kamis, 01 Juli 2010

BP on Sistem Beregu



Masih banyak Pembina yang belum sadar betapa pentingnya bekerja dalam pasukan dengan menggunakan sistem beregu, yaitu dengan cara membagi anak-anak dalam gerombolan kecil yang tetap dan tiap-tiap gerombolan dipimpin oleh salah seorang anak itu sendiri, Pemimpin Regu.

Untuk dapat mencapai hasil-hasil yang baik, maka tanggungjawab yang sebenarnya harus diberikan pada pemimpin-pemimpin regu itu. Jika hanya diberika sedikit, seperti sandiwara saja (setengah hati) maka hasil yang diperoleh akan seimbang dengan pemberian tanggungjawabnya.
Mengikutsertakan anak-anak dalam pimpinan pasukan juga dapat mengurangi pekerjaan-pekerjaan kecil Pembina.Namun demikian, bukan itulah maksud sistem beregu.
Pemberian tanggungjawab kepada anak-anak adalah sistem untuk membantu mendidik karakter mereka. Inilah yang lebih utama.

Memang sudah selaras dengan kodratnya, anak-anak mengorganisasikan diri mereka sendiri dalam gerombolan-gerombolan kecil, baik untuk bermain-main bersama atau untuk bernakal-nakalan. Dalam gerombolan itu anak yang ternyata mempunyai karakter terkuat dengan sendirinya akan diakui oleh anak-anak lainnya ebagai pemimpin mereka. Manfaatkan kebiasaan anak-anak ini dalam pekerjaan saudara danusaha saudara itu tentu akan menghasilkan buah yang sebaik-baiknya.

Pembina Penggalang memberi tujuan pada anak-anak didiknya dan regu berlomba-lomba untuk mencapai tujuan itu dan dengan sendirinya kegiatan akan timbul karenanya yang pada akhirnya membuat kecakapan para penggalang pada umumnya akan meningkat pula.

April 1914
Robert Baden Powell
Ditulis di pengantar buku tentang Sistem Beregu yang ditulis Roland Philips.

Jumat, 28 Mei 2010

Pemimpin (=Pembina) Pandu



Cara permainan kepanduan yang diberi dan ditetapkan oleh BP terbukti baik sekali hasilnya. Di mana-mana didirikan kepanduan yang minta didaftarkan.
Sekarang BP memerlukan orang-orang yang umurnya lebih tua dari umur pandu-pandu, yang mengetahui arti kepanduan dengan jiwa pemuda, yang dapat ikut serta bermain-main bersama mereka dan terutama yang dapat memimpin. Bukanlah memimpin sebagai seorang opsir atau seorang guru, akan tetapi sebagai kawan mereka yang lebih tua, yang berbadan sehat dan yang berhati muda guna menjau segala sesuatu dari sudut pemuda.

Kesukaran tersebut dipecahkan sendiri oleh pemuda-pemuda itu sendiri. Di sekitarnya mereka terus mencari orang yang bersedia menjadi pemimpin mereka. Oleh BP, pemimpin itu dinamai Scoutmaster (kemudian diubah menjadi Scouter. Ia adalah seorang kakak pandu-pandu itu, tidak terlepas dari mereka dan tidak berada di atas tingkat mereka. ia ikut serta dalam segala latihan dan berpendirian " berat sama dipikull, ringan sama dijinjing" dengan mereka semua. Hidup matinya, tegak jatuhnya suatu kelompok atau pasukan tergantung dari pemimpinnya. Ia yakin bahwa bilangan pemimpin itu tidak banyak.

Dalam kepanduan banyak sekali lapang peerjaan bagi laki-laki dan perempuan yang ingin berbakti kepada tanah airnya dengan ikut mendidik pemuda-pemuda menjadi warganegara yang berharga.

Apabila pada waktu itu tidak segera dibentuk suatu badan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menjalankan cita-cita BP maka dengan sendirinya cita-cita itu tidak dapat dilaksanakan. Mereka yang menyingsingkan lengan baju dan menceburkan diri dalam pimpinan kepanduan itu bukan saja bangsawan-bangsawan, tetapi juga orang-orang dari segala lapisan masyarakat berduyun-duyun mendaftarkan diri.

Tentu ada di antara mereka itu ada yang kecewa, tidak dapat memenuhi syarat-syarat. Mereka yang masuk ke kepanduan itu hanya untuk mengharap keuntungan atau untuk kepentingan sendiri saja, tak dapat tinggal lama dalam kepanduan dan akan keluar dengan sendirinya. Mereka merasa, bahwa menjadi pemimpin pandu itu berarti mengorbankan kepentingan sendiri, mengorbankan waktu dan sering pula uang, hasilnya sebagai terimakasih hanya perasaan puas, karena telah melakukan sesuatu dengan tidak usah membayar.

lahir dan batin kepanduan itu penuh dengan jiwa ksatria yang sehat, yang sebetulnya hasil kehidupan BP sendiri. Melihat ke sekitarnya dan disamakan dengan kehidupan sendiri waktu ia muda, BP mempelajari segala kekurangan yang diderita pemuda-pemuda. Pemuda-pemuda itu kekurangan bimbingan agama. Sebagian besar di antara mereka perhatiannya tertarik oleh gambar hidup (bioskop) dan kelakuan yang tidak baik saja.

Reaksi buku Aids to scouting telah memeperlihatkan bagaimana disukainya latihan-latihan yang mempertajam pancaindera mereka yang telah agak tumpul itu. Perhatian pemuda dapat tertarik, bilamana dalam latihan-latihan dan cerita-cerita itu digambarkan hidup dan sifat kelana-kelana hutan dan perintis-perintis jalan. Hidup dan sifat orang-orang tersebut tadi dapat dikatakan menjadi dasar sifat-sifat, janji, uniform, permainan dan latihan pandu. Mereka yang mengerti akan hal itu dan dapat menjalankannya, niscaya akan menjadi pemimpin yang sanggup mendidik pemuda-pemuda menjadi pandu yang cakap.

Di kalangan bangsa Zulu, Swazi, matabele dan lain-lain suku, tiap pemuda diuji keras sebelum diakui dan diterima sebagai laki-laki dalam suku itu. Di kalangan bangsa Zulu misalnya, pemuda itu digosok dengan bismuth (timah kaca) yang baru akan hilang bilamana lampau sebulan. Pemuda itu dipersenjatai sebilah tombak pendek, kemudian dikirim ke dalam hutan dengan diberitahu sebelum bismuth pada tubuhnya hilang sama sekali, ia tidak boleh terlihat orang, jika terlihat orang, niscaya ia dibunuh mati.

Pemuda itu terpaksa hidup menjauhi masyarakat. Hanya dengan tombaknya saja, ia harus mencari dan menangkap mangsanya untuk makanan sehari-hari, membuat api dengan alat-alat yang serba sederhana.

Apabila seluruh tubuhnya telah bersih sama sekali dari bismuth, barulah ia boleh pulang ke sukunya. Dengan itu, ia telah membuktikan kepada sukunya bahwa ia telah memperoleh sifat percaya pada diri sendiri, sifat sabar, sifat tahan uji dan sifat berani, semua adalah sayarat untuk dapat diterima sebagai laki-laki dalam sukunya.

BP beranggapan bahwa sifat-sifat tersebut diinginkan pula oleh semua pandu. BP mengetahui pula bahwa sifat-sifat itu dapat dikembangkan dengan hidup berkemah, mempelajari kekayaan alam dan latihan sebagai seorang perintis. Cara hidup demikian lepas dari suasana kota, penuh kesempatan untuk mengikuti tapak, membuat apai dan memasak sendiri, menarik perhatian pemuda-pemuda.

Seorang pemuda yang sanggup berkemah sendiri, tentulah akan dapat mengambil tempat yang pantas dalam masyarakat.

Segerombolan pemuda, dipimpin oleh salah seorang di antara mereka, merupakan suatu kesatuan, baik dalam melakukan kejahatan maupun dalam melakukan kebaikan. Semangat mereka harus dialirkan dalam saluran yang menuju kebajikan itu. Di situ dididik pertanggungjawab perseorangan dan juga esprit de coprps segenap regu.
Yang dilihat oleh orang luar sebagai tongkat biasa, ransel biasa atau tenda biasa, benda-benda itu untuk seorang pandu banyak sekali artinya. Tongkat pandu yang misalnya penuh takang takik tanda-tanda perkemahan dan tanda-tanda peringatan dapat dilihat sebagai satu perlambang.


Sumber :
Goemilar, (1953) Riwayat BP, Bandung : S King.
Dengan adaptasi oleh Hendro Prakoso

Kamis, 20 Mei 2010

Kepanduan : Sifat-sifat Pandu, Janji Pandu, Uniform, Lencana Kepanduan


BP menulis cita-citanya dalam buku petunjuknya sedemikian sehingga dapat dipakai, bukan saja oleh bangsa Inggris, tetapi juga oleh bangsa Amerika, bangsa Asia, oleh tiap-tiap pemuda dari segala bangsa dengan tidak membeda-bedakan kulit, agama dan bahasa. Semua negara tidak dipaksakan untuk memakai petunjuk itu dalam kepanduannya.

Ia tidak memberikan suatu cara yang terikat oleh adat sesuatu tempat atau adat nasional, juga tidak ia membuat aturan hidup yang dikutip dari suatu agama tertentu ataupun peraturan yang bersangkutan dengan politik suatu partai. Ia hanya memberikan bentuk pada suatu permainan yang bersemangat, yang mengobarkan rasa romantik pada tiap pemuda. Ia memberi pekerjaan yang menarik hati dan yang memuaskan kesukaan tiap pemuda untuk melakukan sesuatu dan membuktikan hasilnya.

Sifat-sifat Pandu (Dasa Darma)

Hampir tiap pemuda akan tertarik hatinya oleh ceritera pahlawan-pahlawan zaman dahulu. Sifat-sifat Pandu itu didasarkan atas sifat-sifat pahlawan itu. yang sangat ajaib dalam sifat-sifat itu ialah bahwa tidak disebutkan : pandu itu HARUS melakukan begini atau pandu itu TIDAK BOLEH melakukan begitu, tetapi : pandu itu BEGITU ataupun pandu itu MELAKUKAN begitu.

Oleh karena itu maka Sifat-sifat Pandu berbunyi demikian :
1. Pandu itu dapat dipercaya
2. Pandu itu setia
3. Pandu itu wajib berjasa
4. Pandu itu teman semua manusia
5. Pandu itu ksatria
6. Pandu itu penyayang binatang
7. Pandu itu menurut perintah
8. Pandu itu tersenyum dan bersiul dalam segala kesulitan
9. Pandu itu hemat

Begitulah bunyinya Sifat-sifat pandu mula-mula dan sekarang pun masih demikian pula, kecuali sedikit tambahan pada pasal 3 dan 4 dan pasal ke 10 ditambahkan setahun kemudian.

10. Pandu itu suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Sebagai sifat ke-11 yang tidak tertulis, BP menambahkan :

11. Pandu itu bukan orang gila (pandir). Dengan kalimat itu, BP menunjukkan kepada umum dari sudut mana sebetulnya sifat-sifat pandu itu harus dilihat.

Janji Pandu (Tri Satya)

Sepucuk surat dari seorang anak kecil yang diterima oleh BP berisi janji tidak akan minum minuman keras atau merokok dan ingin menjadi orang seberani BP, membangkitkan pikiran BP supaya pandu-pandupun mengatakan janji yang khidmat pada waktu mereka dilantik sebagai pandu.

Ingat, Janji, bukan sumpah.

Janji itu bunyinya begini :
Saya berjanji akan bersungguh-sungguh :
1. Menetapi kewajibanku terhadap TUHAN dan TANAH AIR
2. Menolong sesama hidup bila dapat
3. Menetapi Sifat-sifat Pandu.

Uniform (seragam)

Mula-mula BP pernah menulis bahwa uniform itu tidak begitu perlu, sebab yang perlu ialah JIWA dan BERBUAT.
Kemudian ia menulis, " Untuk seorang anak, uniform itu adalah suatu benda yang menarik perhatian dan bilamana pakaian itu pakaian seorang kelana hutan, maka segeralah pikirannya disesuaikan dengan jiwa seorang peneratas jalan: untuknya semua itu adalah pahlawan. Uniform itu menolong mempererat persaudaraan, sebab setelah diterima oleh semua Kepanduan sebagai uniform pandu, maka uniform itu menutupi tiap perbedaan tingkat dan bangsa."

Lencana (lambang) Kepanduan

BP pernah menerima sepucuk surat kawat. Di dalamnya disebut, bahwa lencana kepanduan itu adalah "mata tombak perlambang perang dan pertumpahan darah."

Kawat itu segera dibalas oleh BP. "Lencana Kepanduan itu adalah bunga bakung, perlambang PERDAMAIAN dan KESUCIAN."

Adapun pada zaman dulu, bunga itu dipakai perlambang kerajaan oleh raja Karel dari Napels. Seorang pelaut bernama Flavio Gioja telah memperbaiki teknik pedoman sehingga benda itu menjadi satu alat yang dapat dipakai di laut untuk kapal-kapal. untuk menghormat rajanya maka huruf T (Tramontana = utara) oleh gioja dipakai bersama-sama dengan leli perlambang rajanya itu. Sejak itulah, arah Utara dalam peta dan pedoman diberi tanda leli.

Yang menrik perhatian BP ialah bahwa mata pedoman itu selalu menunjuj lurus ke atas, tidak ke kiri dan tidak ke kanan. Ketiga mata leli itu mengingatkan janji pandu yang tiga pasal. Di bawah leli pandu terdapat semboyan Be Prepared (perhatikan huruf pertamanya.) Jika dilihat baik-baik maka di bawah bergantung seutas tali yang bersimpul, yang memperingatkan kepada setiap pandu untuk berjasa setiap hari.

Dikutip dengan disadur seperlunya dari "Riwayat BP" (1953) karangan Goemilar.