Jumat, 30 April 2010

Kepanduan, organisasi berbasis akar rumput



Sebagian daya tarik kepanduan berada pada kenyataan bahwa ia menawarkan sesuatu bagi setiap orang, siapa pun dia. Regu-regu Pandu pertama dimulai oleh para remaja sendiri yang kemudian mencari kakak mereka, guru sekolah minggu dan orang dewasa lainnya untuk menjadi Pembina mereka.

Sejak awal, orang melihat potensi kepanduan setiap kali mereka berpapasan dengan remaja dengan tongkat dan ransel, bermain, mengamat-amati atau berkemah di pertanian. Guru-guru membentuk regu dan pasukan di sekolah dan pemimpin keagamaan mulai melihat Kepanduan sebagai cara untuk meraih kaum muda dengan cara yang menarik dan berbeda. Di masa awalnya, Kepanduan belum mewujud jelas, banyak melakukan tugas kemasyarakatan, ikut kompetisi setempat dan membantu di banyak kegiatan keramaian. Sebagai imbalan keterlibatan di masyarakat, mereka mendapat izin menggunakan lahan-lahan pribadi untuk berkemah, tempat untuk pertemuan dan bantuan keuangan untuk perlengkapan. Aktivitas bersama dengan organisasi kaum muda lain mulanya sering dilakukan, tetapi akhirnya kegiatan lomba renang dan olahraga khusus diselenggarakan hanya untuk pandu-pandu.

Militer atau keagamaan ?

Gambaran umum – walau sama sekali tidak benar – bahawa kepanduan adalah sebuah bentuk organisasi militer. Sejumlah orang berpendapat bahwa Kepanduan terlalu bersifat militer, tetapi yang lain berpendapat unsur militernya kurang dan para pandu hanya bermain-main menjadi tentara dan merendahkan nilai keprajuritan. Yang lain berpendapat Kepanduan mencoba tampil sebagai pencinta damai dengan motif-motif terselubung. Demikian pula berkaitan dengan sikap Kepanduan terhadap agama, ada yang mengatakan terlalu formal,terlalu liberal atau kurang religius malah atau bahkan dianggap kurang mampu menjalankan kewajiban moralnya untuk mendorong pelaksanaan kewajiban agama. Bagaimanapun, justru fleksibilitas dan daya tariknya yang luas yang mebuatnya menjadi asset yang sangat berharga.
Kebanyakan pasukan awal disponsori dan didukung gereja setempat,yang mengiz kan mereka bertemu di aula gereja, yang dibalas dengan kehadiran di kebaktian minggu setiap bulannnya atau yang sejenisnya dan menjalankan tugas-tugasuntuk kepentingan gereja. Pasukan-pasukan lain mendapat sokongan dari kaum dermawan yang menyumbangkan keperluan mereka dan berbagai bangunan menjadi rumah bagi para pandu.

Kenapa bergabung ?

Alasan bergabung banyak dan bervariasi. Seragam, aktivitas dan tanda kecakapan, tanggungjawab dan kenyataan bahwa teman-teman juga bergabung memberikan pengaruh, tapi yang terpenting adalah mereka tertarik dengan pengalaman berkemah dan berbagai aktivitas alam terbuka. Bagi mereka dan para pembinanya, Kepanduan merupakan sarana untuk melepaskan diri dari kehidupan sehari-hari. Siang hari seorang pandu berada di sekolah tetapi malam hari mereka dapat membiarkan imajinasi mereka bergerak bebas dengan membayangkan menyerang benteng musuh di hutan terdekat, tidur di bawah langit berbintang atau berperahu mencari harta karun terpendam para perompak. Mereka tak harus pergi Afrika yang liar namun dapat melakukannya di sekitar rumah. Mereka juga bagian dari sebuah kelompok remaja sebaya dengan mimpi yang sama.
Melalui latihan dan pemerolehan keterampilan baru, remaja dapat mencapai kemajuan sejak tahap Tenderfoot (=Penggalang Ramu), pandu yang masih mentah, kemudian menjadi Second Class (=Rakit) dan akhirnya seorang First Class Scout (=Terap), dari bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang berarti.
Demikian pula dengan para pembina, yang mungkin harus mengerjakan pekerjaan yang menjemukan di toko tetapi di waktu luangnya ia memimpin pasukan, memberikan perintah dan mengambil keputusan.

Komitmen sepanjang hari

Semboyan, salam pandu, jabatan tangan kiri dan seragam menciptakan suatu latar belakang, suatu kiasan dasar, sedangkan Satya dan Darma menyediakan suatu cara menjalani hidup. Semua pandu harus mempelajari dan menghafalkan Kode Kehormatan ini, tetapi yang membedakannya dengan organisasi lain adalah seorang pandu akan menjadi seorang pandu sepanjang hari, setiap hari. Berbuat kebaikan setiap hari harus dilakukan, yang memberi peluang untuk menunjukkan keperwiraan dan keberanian pribadi. Lencana dianugerahkan untuk tindakan keberanian seperti menghentikan kuda lepas (yang berarti menolong sesama hidup yang dulu sering terjadi) atau menolong orang tenggelam (saat itu tak banyak yang pandai berenang).

Tradisi berkembang

Upacara kemudian menjadi sesuatu yang berkembang, termasuk pembukaan dan penutupan pertemuan pasukan, penyerahan tanda kecakapan dan upacara "penerbangan" siaga menjadi penggalang. Yang terpenting adalah upacara pelantikan, saat mereka dengan seragam lengkap dan pemahaman Satya dan Darma, resmi menjadi seorang pandu dan anggota persaudaraan remaja yang istimewa ini.
Walaupun pada mulanya seorang pandu diambil "Janji"-nya oleh salah seorang temannya, namun kemudian menjadi kebiasaan bahwa tugas ini dilakukan oleh pembinanya. Upacara ini sering dilakukan di gereja – banyak pembina berlatarbelakang gereja- dan beberapa pandu dilantik bersama-sama. Faktor-faktor ini dapat menciptakan peristiwa penting dan tak terlupakan dalam hidup seorang pandu. Sertifikat besar dan berwarna-warni untuk menandai kejadian ini dapat dibeli, demikian juga yang menandai berdirinya pasukan atau perolehan tanda penghargaan.

Makin terorganisasi

Pasukan-pasukan berbeda-beda dalam aktivitas dan waktu bertemu. Para pemimpin regu, yang dapat berumur sekitar 17 atau 18 tahun, biasanya lebih tua dari anggota regunya. Setiap regu yang terdiri atas 8 orang dapat berkumpul di malam yang berbeda sebagai regu dan sekali seminggu sebagai pasukan. Kebanyakan regu awal mengkhususkan diri pada aktivitas tertentu, seperti pertolongan pertama atau bersepeda.
Pasukan pun bermacam-macam, ada yang untuk kalangan menengah bawah,anak sekolah atau berkait dengan lembaga tertentu.

Wide games

Di sabtu siang pasukan-pasukan dapat bertemu untuk melakukan permainan perang-perangan, pertempuran atau saling mengirim pesan. Latihan ini, yang kemudian disebut wide games, dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dilakukan oleh berbagai pasukan dan cabang, yang kadang melibatkan 250 pandu. Kunjungan dilakukan dengan saling menelepon, lewat cetakan atau lewat pengumuman di balaikota. Tetapi yang paling disukai para pandu – yang menjadi alasan utama mereka bergabung - adalah pergi berkemah.

Pergi berkemah

Tenda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk berkemah umumnya telah agak usang, mungkin barang bekas dan harus diangkut dengan gerobak sorong, suatu keahlian tersendiri. Tempatnya dipilih di lapang berlumpur, air diangkut dengan ember dan toilet dibuat dengan menggali lubang. Bila pembinanya tidak memiliki latar belakang militer, mereka harus belajar cara berkemah dengan sama beratnya dengan yang dialami para pandunya.
Saat itu berkemah merupakan aktivitas yang tidak biasa, apalagi bagi anak-anak dan dipandang berbahaya dan tidak sehat sehingga para orangtua harus diberi keyakinan akan keselamatannya. Kalaupun anaknya tidak mati kelaparan atau keracunan makanan, udara lembab banyak dikuatirkan akan membuat anak mereka menghantar diri ke
kematian.
Sekali setahun, kebanyakan pasukan menggelar perkemahan musim panas selama seminggu atau dua minggu. Sejumlah pembina membawa peralatan masak untuk berkemahan (biasanya bekas tentara) untuk menjamin makanannya layak dimakan. Perkemahan lain lebih formal, dengan banyak drill, pemeriksaan harian dan kebaktian. Apapun bentuknya, perkemahan merupakan cara ideal bagi pembina untuk mengenal pandu-pandunya lebih dekat, dan bagi pandu-pandu, peluang mencicipi petualangan luarbiasa, hidup seperti para perintis daerah baru dan mempraktekkan keterampilan mereka.
Saat-saat seperti ini, persahabatan yang kekal terbangun atas dasar pengalaman tak terlupakan dan membuat masa-masa awal ini pengalaman yang sukar dilupakan pula.

(Disadur dari An Official History of Scouting, terbitan Hamlyn,2006, yang didedikasikan untuk semua sukarelawan selama 100 tahun yang memungkinkan kepanduan ada.)
Penyadur : Hendro Prakoso.
Dipost di milis Pramuka, 8 Desember 2007

Apa yang diharapkan ?



Apabila berbicara tentang Gerakan Pramuka, maka tidak mungkin terlepas dari fokus penyiapan generasi muda untuk masa depan dan peranan Gerakan Pramuka dalam menyiapkan generasi muda masa depan.

Dengan obyek peserta didik itu, perlu kita kaji mengenai "apa yang dicari generasi muda", yaitu :
- kesenangan
- petualangan
- tantangan
- keterampilan baru
- kemahiran baru
- persahabatan
- kesempatan kepemimpinan

Mereka akan meninggalkan Gerakan Pramuka apabila Gerakan Pramuka hanya memberikan program kegiatan yang :
- tidak memberikan inspirasi
- tanpa tujuan atau makna
- dengan kepemimpinan yang jelek

Pada hakekatnya pendidikan kepramukaan menitikberatkan pada pembentukan watak, yang ditujukan pada pembentukan watak, yang ditujukan pada pembentukan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi serta kebanggaan pada bangsanya sendiri.
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas peserta didik, baik untuk Pramuka golongan Siaga, Penggalang, Penegak dan pandega, perlu diupayakan penyajian kegiatan yang senantiasa menarik, yang memenuhi apirasi anak atau remaja dan pemuda, yang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman tanpa meninggalkan norma-norma kepribadian dan budaya bangsa. Di samping yang menantang, juga yang memenuhi harapan masyarakat, dengan berpegang pada Prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan.

Dalam proses pendidikan kepramukaan yang pada hakekatnya dititikberatkan pada pembentukan watak, peserta didik dibina dan dikembangkan dengan bantuan orang dewasa, dalam hal ini Pembina Pramuka. Dapat dipahami bahwa kualitas peserta didik ini bergantung pada kualitas Pembina Pramukanya. Meningkatkan kualitas Pembina Pramuka itu juga bergantung dari kualitas para Pelatih Pembina Pramuka dan sistem serta metode-metode pendidikannya.

Jadi peningkatan kualitas peserta didik itu akan berkaitan dengan peningkatan kualitas Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka,di samping sistem dan metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan.

Yang perlu mendapat perhatian dalam pelatihan Pembina atau Pelatih Pembina, yaitu mengenai harapan para Pembina dan Pelatih Pembina.
Mereka akan meninggalkan Gerakan Pramuka apabila :
- mereka tidak menemukan kepuasaan kerja
- organisasi kurang mendorong
- dukungan masyarakat kurang

Agar jumlah Pembina dan Pelatih Pembina yang berkualitas itu dapat berkembang maka diusahakan dengan peningkatan kaderisasi Pembina dari kalangan muda.

=====
Diolah dari pengarahan Sekjen Kwarnas, alm Kak Sudjono Suryo, saat menerima kunjungan peserta KPD Jawa Barat ( Kota Bandung)pada 4 Maret 1996.

Selasa, 27 April 2010

Siaga



Kalau anda sudah mantap menjadi seorang Pembina Siaga, marilah kita masuk agak mendalam masalah kesiagaan ini.

.... Anda tentunya sudah tahu bukan ? Ketika BP mendirikan Gerakan Kepanduan yang tujuan pertamanya untuk anak-anak putra usia 12-17 tahun, kenyataannya digemari juga oleh putri dan bahkan juga oleh anak-anak yang jauh di bawah usia 12 tahun. Mereka ingin juga memakai seragam dan dapat berlatih dengan anak-anak seusianya.

Untuk itu BP lalu mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahun 1916 setelah dilakukan percobaan selama 2 tahun, dibentuklah golongan bagi anak-anak yang berusia 8 - 12 tahun. Di Gerakan Pramuka, anak-anak seusia itu (yang di Gerakan Pramuka ditetapkan berumur 7 - 10 tahun)diberi nama Siaga. Anak-anak ini merupakan tunas-tunas muda bangsa.

Anak-anak usia Siaga itu mempunyai sifat-sifat antara lain : pembosan, suka meniru, selalu ingin tahu, selalu ingin bergerak atau tidak betah diam. Untuk itu, dalam membina Siaga harus diperhatikan :
1. Kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan,
2. Sebanyak mungkin menggunakan variasi,
3. Sedapat mungkin bergerak di alam terbuka,
4. Secermat mungkin memperhatikan perkembangan setiap Siaga,
5. Membuat imajinasi atau latar belakang yang sesuai dengan romantika Siaga

Perlu dibangun hubungan batin antara Siaga dan anda selaku pembinanya. Hubungan inilah yang membuat seseorang menjadi "kangen". Akhirnya para Siaga setiap minggunya akan selalu berusaha untuk dapat datang ke tempat latihan dan dapat bertemu dengan Pembinanya yang dalam hatinya selalu memberi dan menerimanya.

Perindukan Siaga itu suatu "keluarga bahagia". Pada umumnya keluarga bahagia itu terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Ada kalanya, ikut paman atau bibi. Suasana selalu harmonis. Mereka saling cinta mencintai, mereka pun akrab dengan tetangga sekitarnya. Wajah ceria selalu mengiringinya di manapun mereka berada. Mereka merupakan keluarga yang takwa kepada Tuhan. Mereka merasa merasa gembira, aman, lahir batinnya, jauh dari perasaan takut. Mereka beramal dan berkelakuan sesuai dengan ajaran agamanya.

Keluarga bahagia ini yang menjadi latar belakang latihan Siaga. Romantika ini kita alihkan ke lapangan terbuka, yang melarbelakangi dinamika latihan Siaga. Di sini juga ada ayah yang kita panggil Yanda, ada ibu yang kita panggil Bunda. Paman dan bibi juga ada dan kita panggil Pak Cik dan Bu Cik. Siaga yang merupakan saudara tertua dan tergiat dipanggil Sulung.

Di alam terbuka inilah Yanda/Bunda bersama-sama Pak Cik/ Bu Cik berlatih dengan riang gembira, rukun, damai, bermain dan berlomba bersama dalam keluarga bahagia Perindukan Siaga. Latihan dalam suasana kekeluargaan inilah yang menjadi sumber jiwa, sumber hidup semai dan gerak maju Perindukan. Jika hal ini dilupakan Pembina Siaga, maka Perindukan Siaga akan berubah menjadi sekedar kumpulan anak-anak biasa.

=======

Disederhanakan dari buku Pedoman Pembina Siaga, terbitan Kwartir Nasional.
Disusun oleh Kak Anas Effendy dkk.

Sabtu, 24 April 2010

Misi Kepanduan



Misi Kepanduan adalah :
Memberikan kontribusi bagi pendidikan kaum muda, melalui sistem nilai yang berdasarkan Janji dan Darma Pandu, membantu membangun dunia yang lebih baik, yang setiap orangnya mencapai keterpenuhan sebagai individu dan memainkan peran yang konstruktif di masayarakat.

Hal ini dicapai dengan :
Melibatkan mereka saat usia pembentukan mereka dalam proses pendidikan non-formal, menggunakan metode spesifik yang membuat setiap individu menjadi pelaku perkembangan dirinya sendiri menjadi seseorang yang percaya diri, supportif, bertanggungjawab dan berkomitmen.
Juga mendampingi mereka untuk membangun sistem nilai yang berdasar prinsip-prinsip spiritual, sosial dan personal yang tercermin dalam Janji dan Darma.

(Dari Konperensi Kepanduan Dunia ke-35, Juli 1999 di Durban, Afrika Selatan)

Jumat, 23 April 2010

Kepemimpinan

Baden Powell :

Kepemimpinan adalah kunci dari sukses, tetapi sukar untuk mendefinisikan Kepemimpinan itu dan sangatlah sukar untuk mendapatkan Pemimpin itu.

Saya sering menyatakan bahwa seekor keledai dapat menjadi komandan dan seseorang yang terlatih sering dapat menjadi instruktur, tetapi seorang Pemimpin lebih menyerupai seorang yang lahir sebagai penyair, tidak dibuat.

Saya dapat menyatakan padamu tentang pemimpin yang kujumpai dan bagaimana saya menemukan mereka - tetapi ini adalah - cerita lain.

Dapat dikatakan ada empat hal utama yang terdapat dalam seorang Pemimpin :
1. Dia harus mempunyai kepercayaan dan keyakinan penuh tentang kebenaran apa yang dipilihnya sehingga pengikut-pengikutnya dapat ditulari dan ikut dalam fanatismenya.
2. Dia harus mempunyai kepribadian yang se:lalu gembira, kuat, dengan pengertian yang simpatik serta bersahabat terhadap pengikutnya dan dengan demikian mengukuhkan/menguatkan kerjasama yang menyenangkan dengan mereka.
3. Dia harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, dengan jalan mengetahui tugasnya/pekerjaannya sehingga meningkatkan rasa percaya dari orang-orangnya.
4. Apa yang dikotbahkannya harus dipraktekkannya sendiri sehingga dapat memberikan contoh pribadi kepada temannya.

Jadi esensi daripada KEPEMIMPINAN bila diringkas dapat disimpulkan sebagai PERSAUDARAAN dan KEMAHIRAN.

Kamis, 22 April 2010

Selamat siang Jatinangor ... !!!

oleh : A Djajadi Syantiadji

Kalimat itulah yang sempat kami katakan, sewaktu kami tiba di bumi perkemahan dan mentaripun menyapanya dengan sinar kehangatan "SELAMAT DATANG SATRIA MUDA"

Jatinangor ..., Kami sambut wajahmu dalam kemesraan dan kaupun tersenyum ramah walau hanya tersungging di bibir mungil yang memerah dalu.

Jatinangor .., Kini sambutlah hati dan tangan kami yang akan kami abdi dan baktikan di sini, walau kami sadari bahwa abdi dan bakti ini hanya sedikit dan tidak berarti, namun kami merasa bahwa kami telah mengabdi dan berbakti demi Negri, bangsa dan TUHAN kami dengan tidak mengharapkan upah atau jasa dalam bentuk apa pun.

Jatinangor .., Di sinilah kami menggladi diri dalam membina dan meningkatkan disiplin, kepemimpinan, keterampilan, pengetahuan, pengalaman dan pengabdian kami dengan penuh kegembiraan dan persaudaraan dan semuanya semata-mata hanyalah merupakan proses nilai usaha kami untuk mengejar perwujudan cita-cita kami.

Jatinangor .., Mungkin akan dapat kami rasakan betapa panasnya dan teriknya sinar mentari, betapa dinginnya udara malam, betapa lesu, capai dan kesalnya kami. Namun semuanya akan menyadarkan kami untuk belajar bagaimana sebetulnya manusia untuk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan, alam, manusia dan TUHAN pencipta kita. Dan semuanya akan terpaut dan berpadu dalam satu barisan persaudaraan yang terikat erat dengan ikatan benang sutera emas.

Jatinangor..., segala cerita dan kenangan manis, pahit, suka dan duka akan tertulis dalam dasar ingatan dan akan kami simpan dalam album abadi yaitu "LEMBARAN PERJALANAN HIDUP KAMI"

=====

Dari buku peserta Perkemahan Winaya Wirabakti T dan D Kodya Bandung Jatinangor- Sumedang, 26 Desember 1981 - 2 Januari 1982.
Jayadi adalah Sekretaris 1 DKC Kota Bandung saat itu.

Rabu, 21 April 2010

Mengembara Menuju Bahagia



Gambar ini melukiskan perjalanan hidupmu yang memperlihatkan padamu karang-karang terbesar yang harus kamu perhatikan.
Karang-karang itu mengambang di kegelapan, tetapi janganlah lupa, bahwa tempat terang yang kamu tuju terletak di belakangnya. Jadi jika kamu mengitarinya maka kamu akan melihat sisi terangnya pula. Kamu akan mendapatkannya asal saja kamu tidak terpikat dan kandas di karang-karang itu. Karenanya waspadalah saat kamu mengemudikan kolekmu untuk melaluinya.
Ada dua pikiran yang menyenangkan hatimu. Pertama, pada karang yang tergelap pun masih ada sisi yang terang dan ganjaran yang tersedia bagimu bila kamu aktif berusaha mencapai kebahagiaanmu sendiri dan tidak pasif mengapung menuju kebinasaan. Kamu akan mendapatkan "watak yang baik" (good character) jika kamu dapat melalui tiap-tiap karang dengan selamat dan kamu mendapatkan tujuanmu terakhir yaitu KEBAHAGIAAN HIDUP.

NB
Lihatlah bintang tinggi di atas langit! kaitkanlah kendaraanmu padanya dan jadikan bintang itu penunjuk jalan. Dengan perkataan lain, Bidiklah tinggi !

dari : Rovering to Success, by BP.

Minggu, 18 April 2010

Nyanyian Pahit -karya : Robert W Service

Nyanyian Pahit
oleh Robert W Service

Terikat erat oleh adat, mulutmu dijejal nasehat,
Didustailah kamu, dengan tata pergaulan hampa,
Kamulah buah pengajaran mereka.
Tetapi tidaklah kamu dengar,
Suara Hutan-rimba memanggil ?

Marilah kita cari tempat sunyi, Bahagia kita dekati,
Mengembara ke negeri jauh dari sini,
Berdesir dalam angin malam,
Bintang tinggi penunjuk jalan,
Dan Hutan-rimba memanggil kita ...... Marilah kita ke sana !

Sudahkah kamu mengenal duka dan lapar ?
Pernahkah kamu merangkak di tanah,
Akan tetapi menuju Kemenangan !
Berbuat sepi ing pamrih,
Membiarkan tukang omong mendapat nama.
Dapatkah kamu melihat inti aslinya,
Di bawah sepuh yang indah ?

Apakah kamu sadar akan adanya TUHAN,
Dari bukti ciptaanNya ?
Dan dengarkah kamu bisikan alam ?
(yang tak dapat kamu dengar dalam gereja atau istana)

Tidakkah kamu lihat, mereka yang sederhana,
Yang bersahaja, orang-orang Lelaki,
Yang senantiasa bergerak maju !

Dengarkan Hutan-rimba ..... memanggil kamu !
Hayo ke sana !

========

Terbaca di bagian akhir buku BP, Rovering to Success
Saduran Kak Mutahar, dengan beberapa penyesuaian

Jumat, 16 April 2010

Gilwell Song

Saya dan Kepanduan

Meneropong hidup saya dengan Kepanduan maka perjalanan ini sudah berlangsung cukup panjang. 1976 hingga 2010 maka rentang itu telah melingkup masa 34 tahun. Masa-masa Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega dan kini sebagai anggota dewasa, yang berkiprah sebagai Pembina, Pelatih Pembina dan Andalan Kwartir, mewarnai hidup saya di sepanjang tahun-tahun itu.

Beruntung saya awal berpramuka di sebuah gugusdepan teritorial yang tadinya berlatih di halaman Gedung Pakuan, kediaman resmi Gubernur Jawa Barat. Gugusdepan itu merupakan kelanjutan dari Kelompok Pandu Rakyat Indonesia. Ketika tahun 1961 Gerakan Pramuka dibentuk maka sejumlah Pemimpin Pandunya dan Pandu Penuntun/Penyuluhnya terus melanjutkan aktivitas Kepanduannya dalam gugusdepan Pramuka. Kebetulan pula bahwa Suku Penuntun maupun Penyuluhnya, Ganesha dan Padmanaba banyak mewarnai Kepanduan di Bandung sehingga banyak tokoh berhimpun di situ yang kemudian juga mewarnai Kwartir Cabang Kota Bandung dan Kwartir Daerah Jawa Barat, baik sebagai Andalan dan Pelatih.

Tak heran saya berada di lingkungan yang sangat kaya sumber berkait Kepanduan. Percikan pikiran, idealisme dan pengalaman tertransfer pada saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai tulisan dan catatan membuat saya dapat menangkap spirit kepanduan itu sehingga saya memiliki penghayatan dan pemaknaan yang mendalam terhadap what and how Kepanduan itu, yang berkonteks Indonesia.

Kekayaan itu juga makin dalam berkat pergaulan dengan banyak Pembina, Pelatih Pembina dan anggota Dewan Kerja, yang membina saya baik langsung maupun tak langsung, lewat kursus, pelatihan maupun percakapan. Hal itu membuat akses saya terbuka bagi saya menjadi luarbiasa sehingga saya mendapat makin banyak lagi harta karun kepanduan, yang bagi orang lain tidak terbuka. Terlebih setelah saya berpeluang mengakses berbagai tulisan sumber yang asli.

Tahun-tahun terakhir, saya melihat bahwa nilai-nilai kepanduan makin meluntur di Gerakan Pramuka. Hal ini tampaknya berkait dengan kurangnya terjiwainya hakekat pendidikan kepanduan yang khas oleh generasi yang kemudian. Sebagai ahli waris Gerakan Kepanduan, tampaknya saya tak boleh diam melihat hal ini terus berlangsung. Gerakan kita bisa tergerus habis hingga kehilangan akar-akarnya.

Blog ini diabdikan untuk berbagi berbagai hal yang berkait dengan Kepanduan. Semoga pembacanya bisa tercerahkan seperti juga saya pernah tercerahkan.