Selasa, 27 April 2010
Siaga
Kalau anda sudah mantap menjadi seorang Pembina Siaga, marilah kita masuk agak mendalam masalah kesiagaan ini.
.... Anda tentunya sudah tahu bukan ? Ketika BP mendirikan Gerakan Kepanduan yang tujuan pertamanya untuk anak-anak putra usia 12-17 tahun, kenyataannya digemari juga oleh putri dan bahkan juga oleh anak-anak yang jauh di bawah usia 12 tahun. Mereka ingin juga memakai seragam dan dapat berlatih dengan anak-anak seusianya.
Untuk itu BP lalu mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahun 1916 setelah dilakukan percobaan selama 2 tahun, dibentuklah golongan bagi anak-anak yang berusia 8 - 12 tahun. Di Gerakan Pramuka, anak-anak seusia itu (yang di Gerakan Pramuka ditetapkan berumur 7 - 10 tahun)diberi nama Siaga. Anak-anak ini merupakan tunas-tunas muda bangsa.
Anak-anak usia Siaga itu mempunyai sifat-sifat antara lain : pembosan, suka meniru, selalu ingin tahu, selalu ingin bergerak atau tidak betah diam. Untuk itu, dalam membina Siaga harus diperhatikan :
1. Kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan,
2. Sebanyak mungkin menggunakan variasi,
3. Sedapat mungkin bergerak di alam terbuka,
4. Secermat mungkin memperhatikan perkembangan setiap Siaga,
5. Membuat imajinasi atau latar belakang yang sesuai dengan romantika Siaga
Perlu dibangun hubungan batin antara Siaga dan anda selaku pembinanya. Hubungan inilah yang membuat seseorang menjadi "kangen". Akhirnya para Siaga setiap minggunya akan selalu berusaha untuk dapat datang ke tempat latihan dan dapat bertemu dengan Pembinanya yang dalam hatinya selalu memberi dan menerimanya.
Perindukan Siaga itu suatu "keluarga bahagia". Pada umumnya keluarga bahagia itu terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Ada kalanya, ikut paman atau bibi. Suasana selalu harmonis. Mereka saling cinta mencintai, mereka pun akrab dengan tetangga sekitarnya. Wajah ceria selalu mengiringinya di manapun mereka berada. Mereka merupakan keluarga yang takwa kepada Tuhan. Mereka merasa merasa gembira, aman, lahir batinnya, jauh dari perasaan takut. Mereka beramal dan berkelakuan sesuai dengan ajaran agamanya.
Keluarga bahagia ini yang menjadi latar belakang latihan Siaga. Romantika ini kita alihkan ke lapangan terbuka, yang melarbelakangi dinamika latihan Siaga. Di sini juga ada ayah yang kita panggil Yanda, ada ibu yang kita panggil Bunda. Paman dan bibi juga ada dan kita panggil Pak Cik dan Bu Cik. Siaga yang merupakan saudara tertua dan tergiat dipanggil Sulung.
Di alam terbuka inilah Yanda/Bunda bersama-sama Pak Cik/ Bu Cik berlatih dengan riang gembira, rukun, damai, bermain dan berlomba bersama dalam keluarga bahagia Perindukan Siaga. Latihan dalam suasana kekeluargaan inilah yang menjadi sumber jiwa, sumber hidup semai dan gerak maju Perindukan. Jika hal ini dilupakan Pembina Siaga, maka Perindukan Siaga akan berubah menjadi sekedar kumpulan anak-anak biasa.
=======
Disederhanakan dari buku Pedoman Pembina Siaga, terbitan Kwartir Nasional.
Disusun oleh Kak Anas Effendy dkk.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar