Sabtu, 17 Juli 2010

Pemimpin dan Wakil Pemimpin Regu

Untuk dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam keadaan bagaimana pun, saya anjurkan benar-benar supaya sistem beregu dipakai. Sistem kerukunan dalam regu adalah cara bekerja dalam gerombolan-gerombolan kecil yang tetap, yang masing-masingya di bawah pimpinan dan tanggungjawab salah seorang anak yang cakap.

"Sistem ini akan membawa keberhasilan" kata Baden Powell dalam buku Scouting for Boys. Perkataan ini sudah tertera dalam terbitan buku tahun 1908 dan dalam terbitan tahun 1928 dapat kita baca, " Sekali-kali Penggalang pergi berjalan-jalan sendiri, tetapi biasanya berdua. Jika jumlag mereka itu lebih dari dua, maka gerombolan itu kita namakan regu."

Hasil pekerjaan Pembina Penggalang sebagian besar bergantung pada dipraktekkan atau tidaknya sistem beregu dan pada cara mempraktekkannya. Perlu sekali dikemukakan dari awal bahwa sistem ini bukan salah satu cara untuk melatihkan permainan kepanduan akan tetapi satu-satunya cara.

Sistem ini dapat dilakukan sekedarnya saja, tetapi dapat juga secara seluas-luasnya. Yang pokok ialah adanya gerombolan-gerombolan kecil yang tetap di bawah pimpinan dan tanggungjawab seorang anak yang berpengaruh. Gerombolan-gerombolan ini kita namakan Regu Penggalang.

Jika telah ada regu-regu yang terdiri antara 6 - 8 anak maka regu itu harus menjadi kesatuan dalam latihan-latihan memandu, bermain, berkemah dan melakukan kebajikan. Teranglah bahwa hanya seorang penggalang yang cakap saja yang dapat ditetapkan sebagai pemimpinnya. Yang dimaksud dengan cakap, tidak hanya pandai tapi juga dapat memimpin. Sifat ini biasanya merupakan pembawaan, namun ia harus memiliki suatu sifat yang menonjol yang akan menjadi daya penarik baginya untuk bisa menggerakkan anak buahnya dalam pekerjaan atau permuiana. Sifat-sifat ini dapat diperkuat lewat latihan-latihan kepanduan dan dengan sistem beregu.

Bilamana seorang anak akan ditetapkan menjadi pemimpin regu maka perlu diperhatikan agar usia tidak menjadi penghambat. Itu tidak berarti bahwa anak usia 12 tahun takkan dapat memimpin sebaik anak berusia 14 atau 15 tahun, tetapi maksudnya anak yang semuda itu tidak dapat memimpin anak-anak yang lebih tua darinya.Anak-anak yang lebih muda biasanya mengikuti anak yang lebih tua meskipun anak yang diikutinya itu bodoh. Anak-anak yang lebih tua takkan mengikuti anak yang lebih muda, walaupun ia lebih pandai. Dalam hal ini otot lebih berpengaruh daripada otot.

Meskipun calon pemimpin regu itu memiliki sifat-sifat yang mendukung, namun pekerjaan sebagai pemimpin regu tak dapat diselesaikannya sendiri sehingga ia perlu bantuan seorang wakil pemimpin regu. Wakil itu harus dipilih sendiri oleh sang pemimpin regu. Ia harus membantu pemimpin regu dan jika perlu mewakilinya. Keduanya harus dapat bnekerjasama dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan regu. Seorang pembina penggalang yang memilih wakil pemimpin regu tanpa bermusayawarah terlebih dahulu dengan pemimpin regunya boleh dikatakan telah membuat kesalahan besar. Pembina harus membicarakan hal ini dan tidak sekali-kali memilih orang yang tak diingininya. BP menekankan agar memberi kebebasan sepenuhnya pada pemimpin regu untuk memilih wakilnya dan jika perlu, biarlah ia salah memilih.

Seringkali pembina-pembina penggalanmngatakan, "Saya telah menetapkan pemimpin-pemimpin regu, tapi mereka tak dapat memimpin dan praktis saya sendirilah yang harus mengerjakan segala pekerjaan." Jawaban pernyataan ini ialah bahwa tugas pembina penggalang yang terpenting dalam Gerakan kita adalah berusaha supaya pemimpin-pemimpin regunya dapat memimpin regunya masing-masing. Seorang anak yang gemar membaca tidak akan diharapkan teman-temannya, malahan sebaliknya. Seorang anak yang tahu tentang macam-macam keadaan biasa dalam hidup sehari-hari lebih dari teman-temannya, yang lebih cekatan dan lebih paham akan macam-macam kejadian, dapt lebih berpengaruh atas ana-anak lain.

Sedapat mungkin, biarlah anak-anak semacam ini yang menjadi pemimpin regu. Anak semacam ini tidak mudah diadakan, melainkan harus dididik. Cara yang biasa untuk mendidik adalah dengan memberi kesempatan khusus bagi para pemimpin regu dan wakilnya untuk mendapatkan pengetahuan dan kecakapan. Dianjurkan supaya pasukan mengadakan perpustakaan kecil berisi buku teknis guna keperluanm pemimpin regu dan wakilnya, yang beruisi beberapa buku Petunjuk Penylenggaraan, Scouting for Boys, Penggalang Terap, buku permainan. Yang terpenting adalah agar perpusatakan itu benar-benar dipergunakan. Pemimpin regu dan wakilnya harus banyak diberi kesempatan khusus untuk menanyakan segala sesuatu ke pembinanya secara langsung.Sekali-kali mereka harus dapat menemui pembinanya di luar pertemuan pasukan, misal di rumah pembina atau pada pertemuan pemimpin-pemimpin regu dan wakilnya seminggu sekali di balai pasukan.

Seorang pembina penggalangtidak harus menjadi sebuah ensiklopedi hidup. ia harus cukup rendah hati dan tahu diri, dapat dan mau meminta nasehat dari orang lain, tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Kewajiban pembina bukanlah mengajar segala sesuatu sendiri kepada anak-anak buahnya. kewajiban yang sebenarnya adalah memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan melatih diri sendiri !

Pada umumnya para wakil pemimpin regu harys mendapat kesempatan belajar yang sama seperti yang didapat oleh para pemimpin regu. Bukankah serung terjadi bahwa seorang wakil pemimpin regu harus bertindak sebagai wakil atau pengganti pemimpin regunya ?

Maksud mengadakan latihan-latihan khusus untuk pemimpin-pemimpin regu dan wakilnya ialah pertama-tama untuk menambah kecakapan praktis mereka. Untuk mencapai maksud itu dianjurkan supaya membentuk regu kader yaitu regu yang terdiri dari para pemimpin dan wakil pemimpin regu sebagai anggota dengan Pembina Penggalang atau salah seorang Pembantu Pembina sebagai Pemimpin Regu sehingga dapat bersama-sama belajar dan berlatih. Regu Kader itu dapat melatih materi Penggalang Terap, berkemah, pioneering dan sebagainya. Dengan demikian, pemimpin-pemimpin regu itu kemudian dapat mudah dan dengan kepercayaan diri memimpin regunya masing-masing. Pemimpin Regu juga mendapat latihan dan persiapan sehingga ia pun kelak dapat menjadi pembina penggalang kelak.

Kamis, 08 Juli 2010

Masa menerima latihan




Pendidikan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka itu diperuntukkan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda, tidak untuk orang lain. Fungsi dan tugas Gerakan Pramuka dalam masyarakat adalah sebagai gerakan latihan yang bertujuan ikut serta membantu atau menambah pendidikan yang diterima oleh anak-anak dan pemuda-pemuda yang telah diterima di rumah, di sekolah dan di lapangan agama.

Latihan-latihan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka kepada anggota-anggotanya itu "mempunyai batas waktu." Untuk menentukan bilamanakah latihan-latihan itu dapat mulai diberikan aaaatau harus diakhiri semuanya terletak pada bahan-bahan latihan yang akan diberikan dan pada si penerima.

Berkaitan dengan si penerima, haruslah diperhatikan pada usia berapakah anak-anak itu dapat menerima latihan-latihan Gerakan Pramuka itu dan pada usia berapakah pemuda-pemuda dianggap sudah tidak memerlukan latihan-latihan itu lagi sebagai pendidikan tambahan yang diberikan pihak lain (sekolah, keluarga, agama). Bagi para pemuda,pertanyaan tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : "Pemuda usia berapakah dapat mulai menambah pendidikannya dengan usaha serta tanggungjawabnya sendiri ?"

Soal batas waktu si penerima adalah harus disesuaikan dengan keadaan perkembangan kejiwaan anak-anak dan pemuda-pemuda Indonesia. Menurut pengalaman, batas waktu terletak lebih kurangantara permulaan tujuh tahun dan penghabisan 20 tahun. Masa Siaga adalah 7 - 10 tahun, Masa Penggalang antara 10 - 16 tahun, Masa Penegak antara 16 - 20 tahun, Masa pandega antara 20 - 22 tahun dan dapat dilanjutkan sampai 25 tahun.

Pemuda usia 21-25 tahun itu seharusnya telah masuk dalam masa memberi.

Hal ini tidak berarti bahwa kita harus memegang teguh batas-batas usia tersebut di atas. Adakalanya bahwa seorang anak atau pemuda itu keadaan jiwanya tidak sesuai lagi untuk masuk dalam salah satu batas usia yang telah ditetapkan.
Misalnya, seorang pemuda yang berusia 18 tahun itu menurut pembatasan usia masih menjadi Penegak untuk menerima latihan-latihan, tetapi karena perkembangan jiwanya telah demikian jauhnya sehingga ia sudah tidak suka atau perlu diberikan latihan-latihan lagi, maka tidak ada salahnya ia dipindahkan ke Kepandegaan.

Tetapi jangan sebaliknya, misalkan seorang Penegak yang jiwanya masih kekanak-kanakan dikembalikan menjadi Penggalang atau Penggalang yang telah mencapai usia Penegak tetapi jiwanya masih dianggap belum sesuai lalu tidak dinaikkan ke Kepenegakan. Mengingat usianya yang lebih lanjut itu, maka anak atau pemuda yang demikian tadi akan merusak suasana lingkungan.

-------------

Dengan demikian jelas bahwa kegiatan latihan yang diberikan oleh Gerakan Pramuka itu disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan rohani. Tujuannya adalah mendewasakannya sesuai dengan taraf kematangan rata-rata seusianya sehingga pada akhirnya ia bisa menjadi pribadi dewasa yang matang, emosi dan sosialnya, dan tahu menyeimbangkan hak dan kewajibannya. (Hendro)

-----------------

Sumber : Buku Perppanitra Nasional 1, 21-26 Agustus 1969 di Jakarta.
Disadur dan diberi catatan kaki oleh Hendro Prakoso.

Kamis, 01 Juli 2010

BP on Sistem Beregu



Masih banyak Pembina yang belum sadar betapa pentingnya bekerja dalam pasukan dengan menggunakan sistem beregu, yaitu dengan cara membagi anak-anak dalam gerombolan kecil yang tetap dan tiap-tiap gerombolan dipimpin oleh salah seorang anak itu sendiri, Pemimpin Regu.

Untuk dapat mencapai hasil-hasil yang baik, maka tanggungjawab yang sebenarnya harus diberikan pada pemimpin-pemimpin regu itu. Jika hanya diberika sedikit, seperti sandiwara saja (setengah hati) maka hasil yang diperoleh akan seimbang dengan pemberian tanggungjawabnya.
Mengikutsertakan anak-anak dalam pimpinan pasukan juga dapat mengurangi pekerjaan-pekerjaan kecil Pembina.Namun demikian, bukan itulah maksud sistem beregu.
Pemberian tanggungjawab kepada anak-anak adalah sistem untuk membantu mendidik karakter mereka. Inilah yang lebih utama.

Memang sudah selaras dengan kodratnya, anak-anak mengorganisasikan diri mereka sendiri dalam gerombolan-gerombolan kecil, baik untuk bermain-main bersama atau untuk bernakal-nakalan. Dalam gerombolan itu anak yang ternyata mempunyai karakter terkuat dengan sendirinya akan diakui oleh anak-anak lainnya ebagai pemimpin mereka. Manfaatkan kebiasaan anak-anak ini dalam pekerjaan saudara danusaha saudara itu tentu akan menghasilkan buah yang sebaik-baiknya.

Pembina Penggalang memberi tujuan pada anak-anak didiknya dan regu berlomba-lomba untuk mencapai tujuan itu dan dengan sendirinya kegiatan akan timbul karenanya yang pada akhirnya membuat kecakapan para penggalang pada umumnya akan meningkat pula.

April 1914
Robert Baden Powell
Ditulis di pengantar buku tentang Sistem Beregu yang ditulis Roland Philips.

Jumat, 28 Mei 2010

Pemimpin (=Pembina) Pandu



Cara permainan kepanduan yang diberi dan ditetapkan oleh BP terbukti baik sekali hasilnya. Di mana-mana didirikan kepanduan yang minta didaftarkan.
Sekarang BP memerlukan orang-orang yang umurnya lebih tua dari umur pandu-pandu, yang mengetahui arti kepanduan dengan jiwa pemuda, yang dapat ikut serta bermain-main bersama mereka dan terutama yang dapat memimpin. Bukanlah memimpin sebagai seorang opsir atau seorang guru, akan tetapi sebagai kawan mereka yang lebih tua, yang berbadan sehat dan yang berhati muda guna menjau segala sesuatu dari sudut pemuda.

Kesukaran tersebut dipecahkan sendiri oleh pemuda-pemuda itu sendiri. Di sekitarnya mereka terus mencari orang yang bersedia menjadi pemimpin mereka. Oleh BP, pemimpin itu dinamai Scoutmaster (kemudian diubah menjadi Scouter. Ia adalah seorang kakak pandu-pandu itu, tidak terlepas dari mereka dan tidak berada di atas tingkat mereka. ia ikut serta dalam segala latihan dan berpendirian " berat sama dipikull, ringan sama dijinjing" dengan mereka semua. Hidup matinya, tegak jatuhnya suatu kelompok atau pasukan tergantung dari pemimpinnya. Ia yakin bahwa bilangan pemimpin itu tidak banyak.

Dalam kepanduan banyak sekali lapang peerjaan bagi laki-laki dan perempuan yang ingin berbakti kepada tanah airnya dengan ikut mendidik pemuda-pemuda menjadi warganegara yang berharga.

Apabila pada waktu itu tidak segera dibentuk suatu badan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menjalankan cita-cita BP maka dengan sendirinya cita-cita itu tidak dapat dilaksanakan. Mereka yang menyingsingkan lengan baju dan menceburkan diri dalam pimpinan kepanduan itu bukan saja bangsawan-bangsawan, tetapi juga orang-orang dari segala lapisan masyarakat berduyun-duyun mendaftarkan diri.

Tentu ada di antara mereka itu ada yang kecewa, tidak dapat memenuhi syarat-syarat. Mereka yang masuk ke kepanduan itu hanya untuk mengharap keuntungan atau untuk kepentingan sendiri saja, tak dapat tinggal lama dalam kepanduan dan akan keluar dengan sendirinya. Mereka merasa, bahwa menjadi pemimpin pandu itu berarti mengorbankan kepentingan sendiri, mengorbankan waktu dan sering pula uang, hasilnya sebagai terimakasih hanya perasaan puas, karena telah melakukan sesuatu dengan tidak usah membayar.

lahir dan batin kepanduan itu penuh dengan jiwa ksatria yang sehat, yang sebetulnya hasil kehidupan BP sendiri. Melihat ke sekitarnya dan disamakan dengan kehidupan sendiri waktu ia muda, BP mempelajari segala kekurangan yang diderita pemuda-pemuda. Pemuda-pemuda itu kekurangan bimbingan agama. Sebagian besar di antara mereka perhatiannya tertarik oleh gambar hidup (bioskop) dan kelakuan yang tidak baik saja.

Reaksi buku Aids to scouting telah memeperlihatkan bagaimana disukainya latihan-latihan yang mempertajam pancaindera mereka yang telah agak tumpul itu. Perhatian pemuda dapat tertarik, bilamana dalam latihan-latihan dan cerita-cerita itu digambarkan hidup dan sifat kelana-kelana hutan dan perintis-perintis jalan. Hidup dan sifat orang-orang tersebut tadi dapat dikatakan menjadi dasar sifat-sifat, janji, uniform, permainan dan latihan pandu. Mereka yang mengerti akan hal itu dan dapat menjalankannya, niscaya akan menjadi pemimpin yang sanggup mendidik pemuda-pemuda menjadi pandu yang cakap.

Di kalangan bangsa Zulu, Swazi, matabele dan lain-lain suku, tiap pemuda diuji keras sebelum diakui dan diterima sebagai laki-laki dalam suku itu. Di kalangan bangsa Zulu misalnya, pemuda itu digosok dengan bismuth (timah kaca) yang baru akan hilang bilamana lampau sebulan. Pemuda itu dipersenjatai sebilah tombak pendek, kemudian dikirim ke dalam hutan dengan diberitahu sebelum bismuth pada tubuhnya hilang sama sekali, ia tidak boleh terlihat orang, jika terlihat orang, niscaya ia dibunuh mati.

Pemuda itu terpaksa hidup menjauhi masyarakat. Hanya dengan tombaknya saja, ia harus mencari dan menangkap mangsanya untuk makanan sehari-hari, membuat api dengan alat-alat yang serba sederhana.

Apabila seluruh tubuhnya telah bersih sama sekali dari bismuth, barulah ia boleh pulang ke sukunya. Dengan itu, ia telah membuktikan kepada sukunya bahwa ia telah memperoleh sifat percaya pada diri sendiri, sifat sabar, sifat tahan uji dan sifat berani, semua adalah sayarat untuk dapat diterima sebagai laki-laki dalam sukunya.

BP beranggapan bahwa sifat-sifat tersebut diinginkan pula oleh semua pandu. BP mengetahui pula bahwa sifat-sifat itu dapat dikembangkan dengan hidup berkemah, mempelajari kekayaan alam dan latihan sebagai seorang perintis. Cara hidup demikian lepas dari suasana kota, penuh kesempatan untuk mengikuti tapak, membuat apai dan memasak sendiri, menarik perhatian pemuda-pemuda.

Seorang pemuda yang sanggup berkemah sendiri, tentulah akan dapat mengambil tempat yang pantas dalam masyarakat.

Segerombolan pemuda, dipimpin oleh salah seorang di antara mereka, merupakan suatu kesatuan, baik dalam melakukan kejahatan maupun dalam melakukan kebaikan. Semangat mereka harus dialirkan dalam saluran yang menuju kebajikan itu. Di situ dididik pertanggungjawab perseorangan dan juga esprit de coprps segenap regu.
Yang dilihat oleh orang luar sebagai tongkat biasa, ransel biasa atau tenda biasa, benda-benda itu untuk seorang pandu banyak sekali artinya. Tongkat pandu yang misalnya penuh takang takik tanda-tanda perkemahan dan tanda-tanda peringatan dapat dilihat sebagai satu perlambang.


Sumber :
Goemilar, (1953) Riwayat BP, Bandung : S King.
Dengan adaptasi oleh Hendro Prakoso

Kamis, 20 Mei 2010

Kepanduan : Sifat-sifat Pandu, Janji Pandu, Uniform, Lencana Kepanduan


BP menulis cita-citanya dalam buku petunjuknya sedemikian sehingga dapat dipakai, bukan saja oleh bangsa Inggris, tetapi juga oleh bangsa Amerika, bangsa Asia, oleh tiap-tiap pemuda dari segala bangsa dengan tidak membeda-bedakan kulit, agama dan bahasa. Semua negara tidak dipaksakan untuk memakai petunjuk itu dalam kepanduannya.

Ia tidak memberikan suatu cara yang terikat oleh adat sesuatu tempat atau adat nasional, juga tidak ia membuat aturan hidup yang dikutip dari suatu agama tertentu ataupun peraturan yang bersangkutan dengan politik suatu partai. Ia hanya memberikan bentuk pada suatu permainan yang bersemangat, yang mengobarkan rasa romantik pada tiap pemuda. Ia memberi pekerjaan yang menarik hati dan yang memuaskan kesukaan tiap pemuda untuk melakukan sesuatu dan membuktikan hasilnya.

Sifat-sifat Pandu (Dasa Darma)

Hampir tiap pemuda akan tertarik hatinya oleh ceritera pahlawan-pahlawan zaman dahulu. Sifat-sifat Pandu itu didasarkan atas sifat-sifat pahlawan itu. yang sangat ajaib dalam sifat-sifat itu ialah bahwa tidak disebutkan : pandu itu HARUS melakukan begini atau pandu itu TIDAK BOLEH melakukan begitu, tetapi : pandu itu BEGITU ataupun pandu itu MELAKUKAN begitu.

Oleh karena itu maka Sifat-sifat Pandu berbunyi demikian :
1. Pandu itu dapat dipercaya
2. Pandu itu setia
3. Pandu itu wajib berjasa
4. Pandu itu teman semua manusia
5. Pandu itu ksatria
6. Pandu itu penyayang binatang
7. Pandu itu menurut perintah
8. Pandu itu tersenyum dan bersiul dalam segala kesulitan
9. Pandu itu hemat

Begitulah bunyinya Sifat-sifat pandu mula-mula dan sekarang pun masih demikian pula, kecuali sedikit tambahan pada pasal 3 dan 4 dan pasal ke 10 ditambahkan setahun kemudian.

10. Pandu itu suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Sebagai sifat ke-11 yang tidak tertulis, BP menambahkan :

11. Pandu itu bukan orang gila (pandir). Dengan kalimat itu, BP menunjukkan kepada umum dari sudut mana sebetulnya sifat-sifat pandu itu harus dilihat.

Janji Pandu (Tri Satya)

Sepucuk surat dari seorang anak kecil yang diterima oleh BP berisi janji tidak akan minum minuman keras atau merokok dan ingin menjadi orang seberani BP, membangkitkan pikiran BP supaya pandu-pandupun mengatakan janji yang khidmat pada waktu mereka dilantik sebagai pandu.

Ingat, Janji, bukan sumpah.

Janji itu bunyinya begini :
Saya berjanji akan bersungguh-sungguh :
1. Menetapi kewajibanku terhadap TUHAN dan TANAH AIR
2. Menolong sesama hidup bila dapat
3. Menetapi Sifat-sifat Pandu.

Uniform (seragam)

Mula-mula BP pernah menulis bahwa uniform itu tidak begitu perlu, sebab yang perlu ialah JIWA dan BERBUAT.
Kemudian ia menulis, " Untuk seorang anak, uniform itu adalah suatu benda yang menarik perhatian dan bilamana pakaian itu pakaian seorang kelana hutan, maka segeralah pikirannya disesuaikan dengan jiwa seorang peneratas jalan: untuknya semua itu adalah pahlawan. Uniform itu menolong mempererat persaudaraan, sebab setelah diterima oleh semua Kepanduan sebagai uniform pandu, maka uniform itu menutupi tiap perbedaan tingkat dan bangsa."

Lencana (lambang) Kepanduan

BP pernah menerima sepucuk surat kawat. Di dalamnya disebut, bahwa lencana kepanduan itu adalah "mata tombak perlambang perang dan pertumpahan darah."

Kawat itu segera dibalas oleh BP. "Lencana Kepanduan itu adalah bunga bakung, perlambang PERDAMAIAN dan KESUCIAN."

Adapun pada zaman dulu, bunga itu dipakai perlambang kerajaan oleh raja Karel dari Napels. Seorang pelaut bernama Flavio Gioja telah memperbaiki teknik pedoman sehingga benda itu menjadi satu alat yang dapat dipakai di laut untuk kapal-kapal. untuk menghormat rajanya maka huruf T (Tramontana = utara) oleh gioja dipakai bersama-sama dengan leli perlambang rajanya itu. Sejak itulah, arah Utara dalam peta dan pedoman diberi tanda leli.

Yang menrik perhatian BP ialah bahwa mata pedoman itu selalu menunjuj lurus ke atas, tidak ke kiri dan tidak ke kanan. Ketiga mata leli itu mengingatkan janji pandu yang tiga pasal. Di bawah leli pandu terdapat semboyan Be Prepared (perhatikan huruf pertamanya.) Jika dilihat baik-baik maka di bawah bergantung seutas tali yang bersimpul, yang memperingatkan kepada setiap pandu untuk berjasa setiap hari.

Dikutip dengan disadur seperlunya dari "Riwayat BP" (1953) karangan Goemilar.

Minggu, 16 Mei 2010

Jika . . .

Jika engkau dapat tetap tegak ketika semua orang di sekelilingmu
kehilangan akal dan menyalahkanmu.
Jika engkau tetap yakin akan dirimu ketika semua orang meragukanmu, padahal tetapi mereka pun tidak yakin akan diri mereka sendiri.

Jika engkau dapat menunggu dan tidak merasa lelah karena menunggu.
Atau engkau dibohongi, tapi tidak ikut berdusta.
Atau dibenci, tapi tidak ikut membenci.
Tidak pula tampak terlalu baik, atau berbicara terlalu bijak.

Jika engkau dapat bermimpi dan tidak diperbudak oleh mimpi-mimpimu.
Jika engkau dapat berpikir dan tidak menjadikan anganmu sebagai tujuan.
Jika engkau dapat menghadapi kemenangan dan kemalangan, dan memperlakukan keduanya dengan setara.

Jika engkau sanggup mendengar kebenaran yang baru kauucapkan, diputarbalikkan oleh para penipu untuk menjebak orang-orang tolol.
Atau melihat apa-apa yang kaubela mati-matian, hancur, sehingga engkau harus membungkuk dan membangunnya kembali dengan perkakas yang usang.

Jika engkau dapat menumpuk kemenangan-kemenanganmu, lalu mempertaruhkannya.
Kemudian ternyata kalah, dan harus mulai lagi dari awal,
Tanpa ucapkan satu kata pun tentang kekalahanmu.

Jika engkau dapat memaksa hatimu, keberanianmu, dan nyalimu untuk mencari peluangmu , jauh setelah kesempatan itu hilang.
Dan tetap bertahan ketika engkau tidak memiliki sesuatu pun, kecuali kemauan untuk tetap berkata pada diri sendiri , “Bertahanlah!”
Atau jika engkau dapat berbicara dengan orang kebanyakan dan
tetap bijak.
Atau berjalan dengan para raja tanpa kehilangan hubungan dengan orang awam.

Jika musuh-musuh maupun sahabat karibmu tidak dapat menyakitimu.
Jika semua orang memperhitungkanmu, tetapi tidak terlalu bergantung padamu.
Jika engkau dapat mengisi satu menit yang berharga ,yang berlari kencang selama enam puluh detik.

Maka, dunia dan segala isinya adalah milikmu.
Dan yang lebih penting dari semua itu,
Engkau menjadi seorang Lelaki, Anakku!

===============
Disadur dari IF ... oleh Rudyard Kipling
Finalissai teks oleh Hendro Prakoso

Sabtu, 15 Mei 2010

BP : Tentang berkemah




Jangan biarkan kegiatan berkemahmu menjadi seperti piknik yang menjemukan yang dapat terjadi bila kau mengadakan perkemahan seperti tentara. Kepanduan dan keterampilan hidup di hutan adalah apa yang dicari kita dan yang sangat diharapkan oleh anak-anak. Biarkan mereka mendapatkannya.
~~~ Juli 1917

Kita bukanlah suatu batalion - bukan pula sekolah minggu - melainkan sekolah rimba. Kita harus lebih banyak beraktivitas di luar untuk kesehatan, fisik dan jiwa, setiap Pandu dan Pembinanya.
~~~~ Januari 1919

Dalam perkemahan, Pembina mendapatkan peluang untuk mengamati dan mengenal karakteristik individual setiap anggotanya dan dapat mengarahkan perkembangan mereka, saat anak-anak mengembangkan sendiri kualitas karakter yang bermanfaat bagi hidup mereka - dengan kehidupan perkemahan. Disiplin, kemampuan, keunikan pribadi, rasa percaya diri, keterampilan tangan, kecakapan hidup di rimba, keterampilan berperahu, kerjasama, pengetahuan alam dll dapat dikembangkan dalam arahan yang simpatik dan gembira dari Pembina yang penuh pengertian.
~~~~~ Oktober 1936

Jumat, 07 Mei 2010

Seputar Pandu dan Kepanduan

oleh : Ibrahim Muhammad (Komisaris Besar Umum Pandu Islam Indonesia)





Apakah Pandu itu ?

Pandu atau dalam bahasa Inggris Boy Scout dalam hakekatnya adalah penunjuk jalan. Dalam haluan kita, perkataan itu mengandung dua arti, yaitu : 1) Jalan yang dilalui sehari-hari. 2) Jalan yang menuju KEMANUSIAAN.
Kita sudah sama maklum apakah yang dinamakan Kemanusiaan itu. Jadi seorang anak dan atau pemuda yang menjadi PANDU, ialah seorang yang berusaha akan mendapat jalan Kemanusiaan itu. Pansu itu dimulai dari dahulu kala memang sudah ada. Semua orang yang berkemanusiaan (nabi-nabi, pemimpin negara) yang tinggi dapat kita namakan Pandu.
Tegasnya, orang yang bersifat kebaikan dan membela kebenaran dan kebaikan. Jadi nyata, bahwa Pandu itu pada hakekatnya bukan barang yang baru, melainkan barang yang sudah lahir bersama-sama dengan kebaikan di atas dunia (kebaikan yang bukan menurut ukuran pendapat seorang dua atau segolongan dua saja melainkan kebaikan menurut pendapat umum yang sesuai tuntunan Ketuhanan).

Kepanduan

Jika kita sekarang sudah mengetahui bahwa Pandu itu seorang yang berusaha akan mendapatkan jalan, maka Kepanduan itu berarti taman (tempat) pendidikan dan latihan diri sendiri supaya jadi manusia yang mendapat (sekurang-kurangnya mendekati) tempat "Kemanusiaan" dengan melalui jalan-jalannya.
Kepanduan itu adalah Taman Pendidikan dan bukan badan perjuangan (dalam pengertian yang terbatas).

Pendidikan Kepanduan

Pendidikan Kepanduan adalah salah satu cara pendidikan anak-anak dan pemuda-pemuda dengan aliran baru yaitu didikan atas pengetahuan ilmu jiwa anak-anak.
Pendidikan Kepanduan didasarkan atas :
1) Kebangsaan
Ialah mengambil cara-cara yang sesduai dengan hajat dan kepentingan serta kebudayaan bnagsa kita dan cara-cara yang mendalamkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa dan rasa membela kepadanya serta dikuatkan dengan agama.
Menurut pendapat Lord Baden Powell dalam kitab karangannya Scouting for Boys ..... Gerakan Kepanduan yang jauh dari rasa ke-Tuhanan (keagamaan dari anak-anak) berarti merusak batinnya anak-anak. Sebab itu, tiap-tiap anak Pandu digembirakan supaya teguh menjalankan agamanya masing-masing. Karena dengan batinnya yang kokoh teguh itulah anak-anak dapat menempuh jalan kehidupan di kemudian hari.
2) Kemerdekaan
Berarti membentuk sifat-sifat yang bebas dari suatu tekanan. Tindakan-tindakan wajib yang terbit dari batin dan kemauan sendiri yang hening jernih, kemauan yang hidup, perasaan yang suci dan iman yang teguh serta yakin akan akibat dari semua itu, karena timbul dari perasaan yang bebas dan bukan karena terpaksa atau dipaksa.
Oleh karena itu dalam segala hal, Pemimpin (=Pembina) senantiasa wajib bersifat menganjurkan dan mengajak dan bukan memerintah.
3) Kodrat Alam
Yaitu cara mendidik dengan mengingat akan kodrat si anak dan alam kehidupan sekelilingnya dan bermnaksud juga akan mendalamkan cita-cita pada tanah air dan bangsa. Oleh karena itu pula supaya Pemimpin-pemimpin semua memperhatikan bahwa latihan-latihan Pandu harus diperbanyak di luaran (alam terbuka), berkemah,hike, mendaki gunung dan lain sebaginya.

Memandu (melaksanakan permainan Pandu)

Dengan perkataan memandu itu termasuk semua soal dan sifat yang nyata dari pengembara, orang-orang yang keluar berlayar dari negerinya ke negeri jauh dengan maksud untuk mendapat sesuatu yang belum didapat atau ditemui maupun diketahui oleh manusia dan pengembara lainnya.
Dengan inti-inti dari semuanya ini diberi kepada anak-anak kita dengan cara kita adakan permainan dan latihan yang akan memenuhi tuntunan cita-cita dan kesukaan sambil bersifat mendidik.
Ditinjau dari keadaan dasar dirinya anak-anak maka memandu itu membawa mereka kepada kelompok-kelompok persaudaraan, yang mana hal itu sudah menjadi pembawaan hidup dan alam mereka, baikpun untuk bermain-main baikpun untuk berjalan-jalan ataupun untuk mengadakan kenakalan-kenakalan.
Memandu akan memberi mereka uniform yang menarik dan bagus dan memberi mereka kelengkapan. Semua itu akan menciptakan suatu perasaan dan angan-angan yang romantis ( hidup penuh dengan gambaran cita-cita) dan menarik mereka kepada hidup di alam terbuka.
Ditinjau dari sudut pendirianorang-orang tua, maka memandu itu memberi kepada anak-anak kesehatan jasmani dan tumbuhnya badan, ia memupuk kemauan yang keras, ketangkasan dan mengajar pekerjaan tangan. Memandu memberi kepada anak-anak pelajaran berdisiplin, berani, keksatriaan dan cinta tanah air (patriotisme - semangat membela tanah air).
Tegasnya memandu itu mendidik dan membentuk serta menumbuhkan peri budi dan akhlak yang mana sangat berguna dari segala hal, bagi anak-anak untuk mendaptkan jalan dalam hidup dan kehidupan Memandu berarti bekerja menurut dasar-dasar bahwa cita-cita anak-anak harus dipelajari dan digembirakan mereka untuk mendidik diri sendiri daripada nanti diatur.
Latihan ada membangun dan memajukan menurut aturan-aturan tertentu dan ia disesuaikan dengan jalan perobahan-perobahan dari jiwa dari anak-anak yang sementara tumbuh.

Kerapkali orang mempunyai pemandangan serta pendapatan yang keliru terhadap Kepanduan.
Kepanduan yang sebenar-benarnya, BUKAN :
1) Tempat beramalnya orang-orang bangsawan dan hartawan atau sesuatu pemeliharaan anak-anak miskin
2) Sekolahan yang mengajar dan mendewa-dewakan kertas dan tiap-tiap hari berjam-jam duduk di bangku.
3) Balatentara yang memakai perwira dan perajurit
4) Tempat penyuruhanorang ramai (kuli halus?)
5) Pertunjukan atau demonstrasi atau alat pemogokan

Kepanduan itu ialah :Suatu taman pendidikan anak-anak dari segala golongan dan bangsa dan agama, dengan jalan permainan, di mana saudara yang tua (Pembina) membawa adik-adiknya ke tempat yang baik di mana dibesarkan kemauannya untuk berbuat kebaikan, berfikir tajam, berperasaan suci, di mana anak-anak saban hari diberi keinsafan bahwa mereka berkewajiban menjunjung tinggi pada Agama dan tanah air.

Permainan Kepanduan

Kepanduan itu bukan pelajaran melainkan permainan. Dasar-dasar dan maksud-maksud Kepanduan ditanam kepada anak-anak yaitu dengan perantaraan permainan. Karena dalam permainan, perasaan anak-anak itu ada dalam keadaan gembira. Dalam saat itu sebaik-baiknya memasukkan pelajaran yang terkandung dalam maksud Kepanduan itu. sambil bermain-main, meresaplah pelajaran Kepanduan itu dalam batin anak-anak. Semua pelajaran Kepanduan diatur sedemikian rupa agar mengandung pendidikan yang baik.

Cara-cara menyampaikan permainan ada beberapa macam, misalnya :
1) mengadakan pelajaran (training) bersama-sama
2) mengadakan gerak badan (sport)
3) mengadakan api unggun
4) mengadakan pertunjukan (demonstrasi)
5) mengadakan perkemahan
6) mengadakan pengintipan (besluipen)
7) mengadakan permainan serang-serangan, segerombolan-segerombolan
8) dan lain-lain yang sangat berguna untuk cita-cita Kepanduan

Sumber
PANDU, (1951), karangan Ibrahim Muhammad, terbitan Kwartir Besar Pandu Islam Indonesia
Diedit oleh : Hendro Prakoso

Jumat, 30 April 2010

Kepanduan, organisasi berbasis akar rumput



Sebagian daya tarik kepanduan berada pada kenyataan bahwa ia menawarkan sesuatu bagi setiap orang, siapa pun dia. Regu-regu Pandu pertama dimulai oleh para remaja sendiri yang kemudian mencari kakak mereka, guru sekolah minggu dan orang dewasa lainnya untuk menjadi Pembina mereka.

Sejak awal, orang melihat potensi kepanduan setiap kali mereka berpapasan dengan remaja dengan tongkat dan ransel, bermain, mengamat-amati atau berkemah di pertanian. Guru-guru membentuk regu dan pasukan di sekolah dan pemimpin keagamaan mulai melihat Kepanduan sebagai cara untuk meraih kaum muda dengan cara yang menarik dan berbeda. Di masa awalnya, Kepanduan belum mewujud jelas, banyak melakukan tugas kemasyarakatan, ikut kompetisi setempat dan membantu di banyak kegiatan keramaian. Sebagai imbalan keterlibatan di masyarakat, mereka mendapat izin menggunakan lahan-lahan pribadi untuk berkemah, tempat untuk pertemuan dan bantuan keuangan untuk perlengkapan. Aktivitas bersama dengan organisasi kaum muda lain mulanya sering dilakukan, tetapi akhirnya kegiatan lomba renang dan olahraga khusus diselenggarakan hanya untuk pandu-pandu.

Militer atau keagamaan ?

Gambaran umum – walau sama sekali tidak benar – bahawa kepanduan adalah sebuah bentuk organisasi militer. Sejumlah orang berpendapat bahwa Kepanduan terlalu bersifat militer, tetapi yang lain berpendapat unsur militernya kurang dan para pandu hanya bermain-main menjadi tentara dan merendahkan nilai keprajuritan. Yang lain berpendapat Kepanduan mencoba tampil sebagai pencinta damai dengan motif-motif terselubung. Demikian pula berkaitan dengan sikap Kepanduan terhadap agama, ada yang mengatakan terlalu formal,terlalu liberal atau kurang religius malah atau bahkan dianggap kurang mampu menjalankan kewajiban moralnya untuk mendorong pelaksanaan kewajiban agama. Bagaimanapun, justru fleksibilitas dan daya tariknya yang luas yang mebuatnya menjadi asset yang sangat berharga.
Kebanyakan pasukan awal disponsori dan didukung gereja setempat,yang mengiz kan mereka bertemu di aula gereja, yang dibalas dengan kehadiran di kebaktian minggu setiap bulannnya atau yang sejenisnya dan menjalankan tugas-tugasuntuk kepentingan gereja. Pasukan-pasukan lain mendapat sokongan dari kaum dermawan yang menyumbangkan keperluan mereka dan berbagai bangunan menjadi rumah bagi para pandu.

Kenapa bergabung ?

Alasan bergabung banyak dan bervariasi. Seragam, aktivitas dan tanda kecakapan, tanggungjawab dan kenyataan bahwa teman-teman juga bergabung memberikan pengaruh, tapi yang terpenting adalah mereka tertarik dengan pengalaman berkemah dan berbagai aktivitas alam terbuka. Bagi mereka dan para pembinanya, Kepanduan merupakan sarana untuk melepaskan diri dari kehidupan sehari-hari. Siang hari seorang pandu berada di sekolah tetapi malam hari mereka dapat membiarkan imajinasi mereka bergerak bebas dengan membayangkan menyerang benteng musuh di hutan terdekat, tidur di bawah langit berbintang atau berperahu mencari harta karun terpendam para perompak. Mereka tak harus pergi Afrika yang liar namun dapat melakukannya di sekitar rumah. Mereka juga bagian dari sebuah kelompok remaja sebaya dengan mimpi yang sama.
Melalui latihan dan pemerolehan keterampilan baru, remaja dapat mencapai kemajuan sejak tahap Tenderfoot (=Penggalang Ramu), pandu yang masih mentah, kemudian menjadi Second Class (=Rakit) dan akhirnya seorang First Class Scout (=Terap), dari bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang berarti.
Demikian pula dengan para pembina, yang mungkin harus mengerjakan pekerjaan yang menjemukan di toko tetapi di waktu luangnya ia memimpin pasukan, memberikan perintah dan mengambil keputusan.

Komitmen sepanjang hari

Semboyan, salam pandu, jabatan tangan kiri dan seragam menciptakan suatu latar belakang, suatu kiasan dasar, sedangkan Satya dan Darma menyediakan suatu cara menjalani hidup. Semua pandu harus mempelajari dan menghafalkan Kode Kehormatan ini, tetapi yang membedakannya dengan organisasi lain adalah seorang pandu akan menjadi seorang pandu sepanjang hari, setiap hari. Berbuat kebaikan setiap hari harus dilakukan, yang memberi peluang untuk menunjukkan keperwiraan dan keberanian pribadi. Lencana dianugerahkan untuk tindakan keberanian seperti menghentikan kuda lepas (yang berarti menolong sesama hidup yang dulu sering terjadi) atau menolong orang tenggelam (saat itu tak banyak yang pandai berenang).

Tradisi berkembang

Upacara kemudian menjadi sesuatu yang berkembang, termasuk pembukaan dan penutupan pertemuan pasukan, penyerahan tanda kecakapan dan upacara "penerbangan" siaga menjadi penggalang. Yang terpenting adalah upacara pelantikan, saat mereka dengan seragam lengkap dan pemahaman Satya dan Darma, resmi menjadi seorang pandu dan anggota persaudaraan remaja yang istimewa ini.
Walaupun pada mulanya seorang pandu diambil "Janji"-nya oleh salah seorang temannya, namun kemudian menjadi kebiasaan bahwa tugas ini dilakukan oleh pembinanya. Upacara ini sering dilakukan di gereja – banyak pembina berlatarbelakang gereja- dan beberapa pandu dilantik bersama-sama. Faktor-faktor ini dapat menciptakan peristiwa penting dan tak terlupakan dalam hidup seorang pandu. Sertifikat besar dan berwarna-warni untuk menandai kejadian ini dapat dibeli, demikian juga yang menandai berdirinya pasukan atau perolehan tanda penghargaan.

Makin terorganisasi

Pasukan-pasukan berbeda-beda dalam aktivitas dan waktu bertemu. Para pemimpin regu, yang dapat berumur sekitar 17 atau 18 tahun, biasanya lebih tua dari anggota regunya. Setiap regu yang terdiri atas 8 orang dapat berkumpul di malam yang berbeda sebagai regu dan sekali seminggu sebagai pasukan. Kebanyakan regu awal mengkhususkan diri pada aktivitas tertentu, seperti pertolongan pertama atau bersepeda.
Pasukan pun bermacam-macam, ada yang untuk kalangan menengah bawah,anak sekolah atau berkait dengan lembaga tertentu.

Wide games

Di sabtu siang pasukan-pasukan dapat bertemu untuk melakukan permainan perang-perangan, pertempuran atau saling mengirim pesan. Latihan ini, yang kemudian disebut wide games, dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dilakukan oleh berbagai pasukan dan cabang, yang kadang melibatkan 250 pandu. Kunjungan dilakukan dengan saling menelepon, lewat cetakan atau lewat pengumuman di balaikota. Tetapi yang paling disukai para pandu – yang menjadi alasan utama mereka bergabung - adalah pergi berkemah.

Pergi berkemah

Tenda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk berkemah umumnya telah agak usang, mungkin barang bekas dan harus diangkut dengan gerobak sorong, suatu keahlian tersendiri. Tempatnya dipilih di lapang berlumpur, air diangkut dengan ember dan toilet dibuat dengan menggali lubang. Bila pembinanya tidak memiliki latar belakang militer, mereka harus belajar cara berkemah dengan sama beratnya dengan yang dialami para pandunya.
Saat itu berkemah merupakan aktivitas yang tidak biasa, apalagi bagi anak-anak dan dipandang berbahaya dan tidak sehat sehingga para orangtua harus diberi keyakinan akan keselamatannya. Kalaupun anaknya tidak mati kelaparan atau keracunan makanan, udara lembab banyak dikuatirkan akan membuat anak mereka menghantar diri ke
kematian.
Sekali setahun, kebanyakan pasukan menggelar perkemahan musim panas selama seminggu atau dua minggu. Sejumlah pembina membawa peralatan masak untuk berkemahan (biasanya bekas tentara) untuk menjamin makanannya layak dimakan. Perkemahan lain lebih formal, dengan banyak drill, pemeriksaan harian dan kebaktian. Apapun bentuknya, perkemahan merupakan cara ideal bagi pembina untuk mengenal pandu-pandunya lebih dekat, dan bagi pandu-pandu, peluang mencicipi petualangan luarbiasa, hidup seperti para perintis daerah baru dan mempraktekkan keterampilan mereka.
Saat-saat seperti ini, persahabatan yang kekal terbangun atas dasar pengalaman tak terlupakan dan membuat masa-masa awal ini pengalaman yang sukar dilupakan pula.

(Disadur dari An Official History of Scouting, terbitan Hamlyn,2006, yang didedikasikan untuk semua sukarelawan selama 100 tahun yang memungkinkan kepanduan ada.)
Penyadur : Hendro Prakoso.
Dipost di milis Pramuka, 8 Desember 2007

Apa yang diharapkan ?



Apabila berbicara tentang Gerakan Pramuka, maka tidak mungkin terlepas dari fokus penyiapan generasi muda untuk masa depan dan peranan Gerakan Pramuka dalam menyiapkan generasi muda masa depan.

Dengan obyek peserta didik itu, perlu kita kaji mengenai "apa yang dicari generasi muda", yaitu :
- kesenangan
- petualangan
- tantangan
- keterampilan baru
- kemahiran baru
- persahabatan
- kesempatan kepemimpinan

Mereka akan meninggalkan Gerakan Pramuka apabila Gerakan Pramuka hanya memberikan program kegiatan yang :
- tidak memberikan inspirasi
- tanpa tujuan atau makna
- dengan kepemimpinan yang jelek

Pada hakekatnya pendidikan kepramukaan menitikberatkan pada pembentukan watak, yang ditujukan pada pembentukan watak, yang ditujukan pada pembentukan jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi serta kebanggaan pada bangsanya sendiri.
Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas peserta didik, baik untuk Pramuka golongan Siaga, Penggalang, Penegak dan pandega, perlu diupayakan penyajian kegiatan yang senantiasa menarik, yang memenuhi apirasi anak atau remaja dan pemuda, yang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan zaman tanpa meninggalkan norma-norma kepribadian dan budaya bangsa. Di samping yang menantang, juga yang memenuhi harapan masyarakat, dengan berpegang pada Prinsip Dasar Metodik Pendidikan Kepramukaan.

Dalam proses pendidikan kepramukaan yang pada hakekatnya dititikberatkan pada pembentukan watak, peserta didik dibina dan dikembangkan dengan bantuan orang dewasa, dalam hal ini Pembina Pramuka. Dapat dipahami bahwa kualitas peserta didik ini bergantung pada kualitas Pembina Pramukanya. Meningkatkan kualitas Pembina Pramuka itu juga bergantung dari kualitas para Pelatih Pembina Pramuka dan sistem serta metode-metode pendidikannya.

Jadi peningkatan kualitas peserta didik itu akan berkaitan dengan peningkatan kualitas Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka,di samping sistem dan metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan.

Yang perlu mendapat perhatian dalam pelatihan Pembina atau Pelatih Pembina, yaitu mengenai harapan para Pembina dan Pelatih Pembina.
Mereka akan meninggalkan Gerakan Pramuka apabila :
- mereka tidak menemukan kepuasaan kerja
- organisasi kurang mendorong
- dukungan masyarakat kurang

Agar jumlah Pembina dan Pelatih Pembina yang berkualitas itu dapat berkembang maka diusahakan dengan peningkatan kaderisasi Pembina dari kalangan muda.

=====
Diolah dari pengarahan Sekjen Kwarnas, alm Kak Sudjono Suryo, saat menerima kunjungan peserta KPD Jawa Barat ( Kota Bandung)pada 4 Maret 1996.

Selasa, 27 April 2010

Siaga



Kalau anda sudah mantap menjadi seorang Pembina Siaga, marilah kita masuk agak mendalam masalah kesiagaan ini.

.... Anda tentunya sudah tahu bukan ? Ketika BP mendirikan Gerakan Kepanduan yang tujuan pertamanya untuk anak-anak putra usia 12-17 tahun, kenyataannya digemari juga oleh putri dan bahkan juga oleh anak-anak yang jauh di bawah usia 12 tahun. Mereka ingin juga memakai seragam dan dapat berlatih dengan anak-anak seusianya.

Untuk itu BP lalu mengupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tahun 1916 setelah dilakukan percobaan selama 2 tahun, dibentuklah golongan bagi anak-anak yang berusia 8 - 12 tahun. Di Gerakan Pramuka, anak-anak seusia itu (yang di Gerakan Pramuka ditetapkan berumur 7 - 10 tahun)diberi nama Siaga. Anak-anak ini merupakan tunas-tunas muda bangsa.

Anak-anak usia Siaga itu mempunyai sifat-sifat antara lain : pembosan, suka meniru, selalu ingin tahu, selalu ingin bergerak atau tidak betah diam. Untuk itu, dalam membina Siaga harus diperhatikan :
1. Kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan,
2. Sebanyak mungkin menggunakan variasi,
3. Sedapat mungkin bergerak di alam terbuka,
4. Secermat mungkin memperhatikan perkembangan setiap Siaga,
5. Membuat imajinasi atau latar belakang yang sesuai dengan romantika Siaga

Perlu dibangun hubungan batin antara Siaga dan anda selaku pembinanya. Hubungan inilah yang membuat seseorang menjadi "kangen". Akhirnya para Siaga setiap minggunya akan selalu berusaha untuk dapat datang ke tempat latihan dan dapat bertemu dengan Pembinanya yang dalam hatinya selalu memberi dan menerimanya.

Perindukan Siaga itu suatu "keluarga bahagia". Pada umumnya keluarga bahagia itu terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Ada kalanya, ikut paman atau bibi. Suasana selalu harmonis. Mereka saling cinta mencintai, mereka pun akrab dengan tetangga sekitarnya. Wajah ceria selalu mengiringinya di manapun mereka berada. Mereka merupakan keluarga yang takwa kepada Tuhan. Mereka merasa merasa gembira, aman, lahir batinnya, jauh dari perasaan takut. Mereka beramal dan berkelakuan sesuai dengan ajaran agamanya.

Keluarga bahagia ini yang menjadi latar belakang latihan Siaga. Romantika ini kita alihkan ke lapangan terbuka, yang melarbelakangi dinamika latihan Siaga. Di sini juga ada ayah yang kita panggil Yanda, ada ibu yang kita panggil Bunda. Paman dan bibi juga ada dan kita panggil Pak Cik dan Bu Cik. Siaga yang merupakan saudara tertua dan tergiat dipanggil Sulung.

Di alam terbuka inilah Yanda/Bunda bersama-sama Pak Cik/ Bu Cik berlatih dengan riang gembira, rukun, damai, bermain dan berlomba bersama dalam keluarga bahagia Perindukan Siaga. Latihan dalam suasana kekeluargaan inilah yang menjadi sumber jiwa, sumber hidup semai dan gerak maju Perindukan. Jika hal ini dilupakan Pembina Siaga, maka Perindukan Siaga akan berubah menjadi sekedar kumpulan anak-anak biasa.

=======

Disederhanakan dari buku Pedoman Pembina Siaga, terbitan Kwartir Nasional.
Disusun oleh Kak Anas Effendy dkk.

Sabtu, 24 April 2010

Misi Kepanduan



Misi Kepanduan adalah :
Memberikan kontribusi bagi pendidikan kaum muda, melalui sistem nilai yang berdasarkan Janji dan Darma Pandu, membantu membangun dunia yang lebih baik, yang setiap orangnya mencapai keterpenuhan sebagai individu dan memainkan peran yang konstruktif di masayarakat.

Hal ini dicapai dengan :
Melibatkan mereka saat usia pembentukan mereka dalam proses pendidikan non-formal, menggunakan metode spesifik yang membuat setiap individu menjadi pelaku perkembangan dirinya sendiri menjadi seseorang yang percaya diri, supportif, bertanggungjawab dan berkomitmen.
Juga mendampingi mereka untuk membangun sistem nilai yang berdasar prinsip-prinsip spiritual, sosial dan personal yang tercermin dalam Janji dan Darma.

(Dari Konperensi Kepanduan Dunia ke-35, Juli 1999 di Durban, Afrika Selatan)

Jumat, 23 April 2010

Kepemimpinan

Baden Powell :

Kepemimpinan adalah kunci dari sukses, tetapi sukar untuk mendefinisikan Kepemimpinan itu dan sangatlah sukar untuk mendapatkan Pemimpin itu.

Saya sering menyatakan bahwa seekor keledai dapat menjadi komandan dan seseorang yang terlatih sering dapat menjadi instruktur, tetapi seorang Pemimpin lebih menyerupai seorang yang lahir sebagai penyair, tidak dibuat.

Saya dapat menyatakan padamu tentang pemimpin yang kujumpai dan bagaimana saya menemukan mereka - tetapi ini adalah - cerita lain.

Dapat dikatakan ada empat hal utama yang terdapat dalam seorang Pemimpin :
1. Dia harus mempunyai kepercayaan dan keyakinan penuh tentang kebenaran apa yang dipilihnya sehingga pengikut-pengikutnya dapat ditulari dan ikut dalam fanatismenya.
2. Dia harus mempunyai kepribadian yang se:lalu gembira, kuat, dengan pengertian yang simpatik serta bersahabat terhadap pengikutnya dan dengan demikian mengukuhkan/menguatkan kerjasama yang menyenangkan dengan mereka.
3. Dia harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, dengan jalan mengetahui tugasnya/pekerjaannya sehingga meningkatkan rasa percaya dari orang-orangnya.
4. Apa yang dikotbahkannya harus dipraktekkannya sendiri sehingga dapat memberikan contoh pribadi kepada temannya.

Jadi esensi daripada KEPEMIMPINAN bila diringkas dapat disimpulkan sebagai PERSAUDARAAN dan KEMAHIRAN.

Kamis, 22 April 2010

Selamat siang Jatinangor ... !!!

oleh : A Djajadi Syantiadji

Kalimat itulah yang sempat kami katakan, sewaktu kami tiba di bumi perkemahan dan mentaripun menyapanya dengan sinar kehangatan "SELAMAT DATANG SATRIA MUDA"

Jatinangor ..., Kami sambut wajahmu dalam kemesraan dan kaupun tersenyum ramah walau hanya tersungging di bibir mungil yang memerah dalu.

Jatinangor .., Kini sambutlah hati dan tangan kami yang akan kami abdi dan baktikan di sini, walau kami sadari bahwa abdi dan bakti ini hanya sedikit dan tidak berarti, namun kami merasa bahwa kami telah mengabdi dan berbakti demi Negri, bangsa dan TUHAN kami dengan tidak mengharapkan upah atau jasa dalam bentuk apa pun.

Jatinangor .., Di sinilah kami menggladi diri dalam membina dan meningkatkan disiplin, kepemimpinan, keterampilan, pengetahuan, pengalaman dan pengabdian kami dengan penuh kegembiraan dan persaudaraan dan semuanya semata-mata hanyalah merupakan proses nilai usaha kami untuk mengejar perwujudan cita-cita kami.

Jatinangor .., Mungkin akan dapat kami rasakan betapa panasnya dan teriknya sinar mentari, betapa dinginnya udara malam, betapa lesu, capai dan kesalnya kami. Namun semuanya akan menyadarkan kami untuk belajar bagaimana sebetulnya manusia untuk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan, alam, manusia dan TUHAN pencipta kita. Dan semuanya akan terpaut dan berpadu dalam satu barisan persaudaraan yang terikat erat dengan ikatan benang sutera emas.

Jatinangor..., segala cerita dan kenangan manis, pahit, suka dan duka akan tertulis dalam dasar ingatan dan akan kami simpan dalam album abadi yaitu "LEMBARAN PERJALANAN HIDUP KAMI"

=====

Dari buku peserta Perkemahan Winaya Wirabakti T dan D Kodya Bandung Jatinangor- Sumedang, 26 Desember 1981 - 2 Januari 1982.
Jayadi adalah Sekretaris 1 DKC Kota Bandung saat itu.

Rabu, 21 April 2010

Mengembara Menuju Bahagia



Gambar ini melukiskan perjalanan hidupmu yang memperlihatkan padamu karang-karang terbesar yang harus kamu perhatikan.
Karang-karang itu mengambang di kegelapan, tetapi janganlah lupa, bahwa tempat terang yang kamu tuju terletak di belakangnya. Jadi jika kamu mengitarinya maka kamu akan melihat sisi terangnya pula. Kamu akan mendapatkannya asal saja kamu tidak terpikat dan kandas di karang-karang itu. Karenanya waspadalah saat kamu mengemudikan kolekmu untuk melaluinya.
Ada dua pikiran yang menyenangkan hatimu. Pertama, pada karang yang tergelap pun masih ada sisi yang terang dan ganjaran yang tersedia bagimu bila kamu aktif berusaha mencapai kebahagiaanmu sendiri dan tidak pasif mengapung menuju kebinasaan. Kamu akan mendapatkan "watak yang baik" (good character) jika kamu dapat melalui tiap-tiap karang dengan selamat dan kamu mendapatkan tujuanmu terakhir yaitu KEBAHAGIAAN HIDUP.

NB
Lihatlah bintang tinggi di atas langit! kaitkanlah kendaraanmu padanya dan jadikan bintang itu penunjuk jalan. Dengan perkataan lain, Bidiklah tinggi !

dari : Rovering to Success, by BP.

Minggu, 18 April 2010

Nyanyian Pahit -karya : Robert W Service

Nyanyian Pahit
oleh Robert W Service

Terikat erat oleh adat, mulutmu dijejal nasehat,
Didustailah kamu, dengan tata pergaulan hampa,
Kamulah buah pengajaran mereka.
Tetapi tidaklah kamu dengar,
Suara Hutan-rimba memanggil ?

Marilah kita cari tempat sunyi, Bahagia kita dekati,
Mengembara ke negeri jauh dari sini,
Berdesir dalam angin malam,
Bintang tinggi penunjuk jalan,
Dan Hutan-rimba memanggil kita ...... Marilah kita ke sana !

Sudahkah kamu mengenal duka dan lapar ?
Pernahkah kamu merangkak di tanah,
Akan tetapi menuju Kemenangan !
Berbuat sepi ing pamrih,
Membiarkan tukang omong mendapat nama.
Dapatkah kamu melihat inti aslinya,
Di bawah sepuh yang indah ?

Apakah kamu sadar akan adanya TUHAN,
Dari bukti ciptaanNya ?
Dan dengarkah kamu bisikan alam ?
(yang tak dapat kamu dengar dalam gereja atau istana)

Tidakkah kamu lihat, mereka yang sederhana,
Yang bersahaja, orang-orang Lelaki,
Yang senantiasa bergerak maju !

Dengarkan Hutan-rimba ..... memanggil kamu !
Hayo ke sana !

========

Terbaca di bagian akhir buku BP, Rovering to Success
Saduran Kak Mutahar, dengan beberapa penyesuaian

Jumat, 16 April 2010

Gilwell Song

Saya dan Kepanduan

Meneropong hidup saya dengan Kepanduan maka perjalanan ini sudah berlangsung cukup panjang. 1976 hingga 2010 maka rentang itu telah melingkup masa 34 tahun. Masa-masa Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega dan kini sebagai anggota dewasa, yang berkiprah sebagai Pembina, Pelatih Pembina dan Andalan Kwartir, mewarnai hidup saya di sepanjang tahun-tahun itu.

Beruntung saya awal berpramuka di sebuah gugusdepan teritorial yang tadinya berlatih di halaman Gedung Pakuan, kediaman resmi Gubernur Jawa Barat. Gugusdepan itu merupakan kelanjutan dari Kelompok Pandu Rakyat Indonesia. Ketika tahun 1961 Gerakan Pramuka dibentuk maka sejumlah Pemimpin Pandunya dan Pandu Penuntun/Penyuluhnya terus melanjutkan aktivitas Kepanduannya dalam gugusdepan Pramuka. Kebetulan pula bahwa Suku Penuntun maupun Penyuluhnya, Ganesha dan Padmanaba banyak mewarnai Kepanduan di Bandung sehingga banyak tokoh berhimpun di situ yang kemudian juga mewarnai Kwartir Cabang Kota Bandung dan Kwartir Daerah Jawa Barat, baik sebagai Andalan dan Pelatih.

Tak heran saya berada di lingkungan yang sangat kaya sumber berkait Kepanduan. Percikan pikiran, idealisme dan pengalaman tertransfer pada saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai tulisan dan catatan membuat saya dapat menangkap spirit kepanduan itu sehingga saya memiliki penghayatan dan pemaknaan yang mendalam terhadap what and how Kepanduan itu, yang berkonteks Indonesia.

Kekayaan itu juga makin dalam berkat pergaulan dengan banyak Pembina, Pelatih Pembina dan anggota Dewan Kerja, yang membina saya baik langsung maupun tak langsung, lewat kursus, pelatihan maupun percakapan. Hal itu membuat akses saya terbuka bagi saya menjadi luarbiasa sehingga saya mendapat makin banyak lagi harta karun kepanduan, yang bagi orang lain tidak terbuka. Terlebih setelah saya berpeluang mengakses berbagai tulisan sumber yang asli.

Tahun-tahun terakhir, saya melihat bahwa nilai-nilai kepanduan makin meluntur di Gerakan Pramuka. Hal ini tampaknya berkait dengan kurangnya terjiwainya hakekat pendidikan kepanduan yang khas oleh generasi yang kemudian. Sebagai ahli waris Gerakan Kepanduan, tampaknya saya tak boleh diam melihat hal ini terus berlangsung. Gerakan kita bisa tergerus habis hingga kehilangan akar-akarnya.

Blog ini diabdikan untuk berbagi berbagai hal yang berkait dengan Kepanduan. Semoga pembacanya bisa tercerahkan seperti juga saya pernah tercerahkan.